Insiden Persekusi Car Free Day: Mengapa Para Tokoh Bungkam?

The Soyuz MS-16 lifts off from Site 31 at the Baikonur Cosmodrome in Kazakhstan, sending Expedition 63 crew members Chris Cassidy of NASA and Anatoly Ivanishin and Ivan Vagner of Roscosmos to the International Space Station. (NASA/GCTC/Andrey Shelepin)

Sejumlah aktivis dan tokoh perempuan mengkritik insiden persekusi pada Hari Bebas Kendaraan di Jakarta akhir pekan lalu, termasuk bungkamnya para tokoh politik melihat insiden tersebut.

Hampir setiap hari Minggu warga di Ibu Kota DKI Jakarta memenuhi jalan-jalan utama untuk berjalan kaki, lari santai atau bersepeda bersama keluarga dan teman, menikmati “Hari Bebas Kendaraan” yang memang sudah dicanangkan selama beberapa tahun ini.

Bundaran Hotel Indonesia dan Monumen Nasional biasanya menjadi tempat favorit bagi warga untuk berolahraga sambil menikmati udara segar dan jajanan khas yang dijual para pedagang makanan tradisional.

Tetapi ada yang tidak biasa Minggu (29/4) lalu ketika aktivitas warga diusik dengan kehadiran sekelompok orang yang sebagian besar mengenakan kaos putih bertuliskan #2019GantiPresiden.

Baca: Gerindra Tawarkan Koalisi Bagi Pendukung Jokowi

Tim VOA di lapangan mengatakankelompok ini mulanya hanya berkerumun sambil meneriakkan kalimat-kalimat mengkritik pemerintahan Joko Widodo, tetapi kemudian mulai mengolok-olok dan mempersekusi beberapa orang yang mengenakan kaos mendukung Jokowi.

Temuan lebih lanjut menunjukkan salah seorang perempuan yang diolok-olok karena mengenakan kaos #DiaSibukKerja itu adalah Susi Ferawati yang datang bersama putranya.

Masih ada beberapa orang lain yang juga mengalami persekusi dengan ejekan dan tindakan tidak santun seperti mengipasi mereka dengan uang pecahan seribu rupiah sambil memaksa mereka mengaku telah menerima bayaran untuk ikut gerakan #DiaSibukKerja. Video insiden ini viral di sosial media beberapa jam setelah insiden itu terjadi.

T​okoh-tokoh Politik Bungkam

Aktivis perempuan dan sekaligus Wakil Ketua Partai Nasdem, Irma Suryani, menyesalkan insiden tersebut dan menilai sudah saatnya semua pihak bicara secara terbuka melihat tindakan persekusi yang semakin kerap terjadi beberapa bulan terakhir ini.

Presiden Joko Widodo bersepeda pada 'Car Free Day' di Jakarta, 20 Agustus 2017. (Foto: Antara via Reuters)

“Banyak oknum politisi yang tidak bertanggungjawab terhadap keberlangsungan republik ini. Kalau saja tokoh-tokoh politik selama ini tidak membisu dengan persekusi seperti ini maka hal ini tidak akan terjadi,” kata Irma.

“Kemarin (29/4) terjadi persekusi dan semua diam membisu. Ini menyedihkan. Apakah hanya karena kekuasaan sesaat, kita mengorbankan Indonesia terpecah belah? Kita tidak boleh diam melihat persekusi ini karena ini bibit radikalisme yang akan menghancurkan NKRI. Kalau NKRI bubar, apakah mereka masih akan sesejahtera hari ini?,” ujarnya.

Hal senada disampaikan salah seorang Ketua DPP PPP Lena Maryana.

‘’Menyampaikan pendapat itu dijamin UU tanpa perlu mempersekusi yang lain. Situasi sekarang ini menunjukkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan, yang jika tidak ditangani dengan hati-hati dan dibiarkan begitu saja, tanpa komitmen untuk mengawasinya secara serius oleh para elit, bukan tidak mungkin pemilu 2019 nanti jadi panas situasinya,” kata Lena.

“Ini harus menjadi perhatian bersama karena baru pertama kali dilangsungkan pemilu presiden dan legislatif secara serentak. Jangan sampai pilihan yang berbeda membuat kita lupa diri bahwa kita sesungguhnya bersaudara,’’ kata Lena menambahkan.

Secara blak-blakan Irma Suryani menilai banyak politisi cari aman sehingga lebih memilih bungkam melihat insiden persekusi seperti yang terjadi hari Minggu lalu.

Baca: Jokowi dan Komunikasi Politik Generasi Milenial

“Banyak politisi yang bersikap cari aman. Pragmatisme di Indonesia sudah begitu mendarah daging sehingga semua tidak mau menempuh risiko. Tidak berani menyatakan terang-terangan “saya putih, saya hitam, saya merah, saya biru,” kata Irma.

“Mengapa semua membisu? Mengapa tidak ada yang bersuara. Terus terang hari ini saya sangat marah karena saya merasadititipi oleh founding father untuk menjaga kemerdekaan dan bangsa ini, tapi tidak bisa saya jaga. Kita tidak berjuang lho, hanya dititipi, tetapi tetap tidak bisa menjaga supaya negeri ini tetap sejahtera, tetap aman dan kondusif. Pilpres ini konstitusional tiap lima tahun sekali yang sudah ada aturannya, jadi tidak perlu juga demi kekuasaan sesaat, kita korbankan negeri ini,’’ kata Irma lebih lanjut.

Insiden Persekusi Meluas ke Media Sosial

Insiden persekusi pada Hari Bebas Kendaraan itu hanya berlangsung beberapa jam, tetapi suasana panas di media sosial masih terasa hingga saat ini. Tagar #2019GantiPresiden bersaing sengit dengan #DiaSibukKerja dan #KitaTidakTakut, yang susul menyusul menjadi topik teratas atau trending topic di Twitter.

Menurut pantauan VOA, hingga Senin (30/4) sore #2019GantiPresiden dicuit lebih dari 307 ribu kali. Sementara #DiaSibukKerja dicuit lebih dari 18 ribu kali, hampir setara dengan #KitaTidakTakut yang dicuit lebih dari 19 ribu kali.

Mantan ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD Selasa pagi (1/5) mencuit agar kedua pendukung kelompok tidak berkelahi secara fisik dan menyebar kebencian.