Ketika Taliban menyerbu Kota Mazar-e Sharif di Afghanistan utara pada Agustus 2021, Aminullah Ranjbar, seorang perwira polisi, mengatakan ia "tidak punya pilihan" selain melarikan diri bersama keluarganya ke Iran.
Selama tiga tahun terakhir ini, keluarga Ranjbar telah tinggal di Teheran sebagai pengungsi tidak berdokumen karena takut dideportasi ke Afghanistan, di mana nyawa Aminullah terancam.
"Kami tahu bahwa banyak [mantan pejabat keamanan Afghanistan] yang dibunuh oleh kelompok yang berkuasa di Afghanistan," kata Ranjbar.
Ribuan mantan petugas keamanan Afghanistan melarikan diri ke Iran setelah Taliban mengambil alih kekuasaan pada pertengahan Agustus 2021 karena takut dengan aksi pembalasan.
BACA JUGA: Taliban: Pakistan, Iran Usir 400 Ribu Lebih Pengungsi Afghanistan Tahun IniMisi Bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Afghanistan (United Nations Assistance Mission in Afghanistan/UNAMA) mengatakan pihaknya telah mendokumentasikan “sedikitnya 60 kasus penangkapan dan penahanan sewenang-wenang, 10 kasus penyiksaan dan perlakuan buruk, ancaman verbal dan sedikitnya lima pembunuhan mantan pejabat pemerintah dan anggota ANDSF,” antara 1 April – 30 Juni 2024.
PBB juga mencatat bahwa pada 2021 hingga Juni 2023, sedikitnya terjadi 800 pelanggaran HAM, termasuk 218 pembunuhan secara sewenang-wenang tanpa proses hukum, terhadap pejabat pemerintah dan pasukan keamanan.
Badan PBB untuk Pengungsi (U.N. Refuge Agency/UNHCR) memperkirakan ada sekitar satu juta warga Afghanistan yang melarikan diri ke Iran setelah pertengahan Agstus 2021. Menurut UNHCR, sekitar 4,5 juta pengungsi adalah warga negara Iran, tetapi hanya 750.000 orang yang terdaftar sebagai pengungsi.
Banyak pengungsi Afghanistan yang tinggal di Iran memiliki perasaan yang sama dengan Aminullah Ranjibar. Salah seorang pekerja yang selama lima tahun terakhir tinggal di Iran, Shah Mahmood, mengatakan “saya hanya pergi bekerja dan kemudian kembali ke hostel. Saya takut pergi ke mana pun.”
Mahmood mengatakan pada VOA, sikap pemerintah Iran terhadap pengungsi Afghanistan berubah setelah ambruknya pemerintahan itu pada Juli lalu, yang kemudian memaksa lebih banyak warga melarikan diri ke Iran.
“Pelecehan, penahanan dan deportasi pengungsi Afghanistan meningkat dalam tiga tahun terakhir ini,” ujarnya seraya menambahkan “semakin sulit bagi pengungsi Afghanistan untuk hidup di Iran. Namun, kami sudah putus as ajika harus kembali ke Afghanistan karena sudah tidak ada apa-apa lagi di sana.”
Dalam pernyataan pada Senin (5/8), The Hengaw Organization for Human Rights, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berkantor di Norwegia dan melaporkan pelanggaran HAM di Iran, melaporkan peningkatan “rasisme anti-Afghanistan di dalam ruang lingkup sosial dan pemerintahan di Iran.”
Sejumlah video yang memperlihatkan perlakuan buruk terhadap pengungsi Afghanistan di Iran viral di media sosial. Sebuah video yang viral pada Selasa (6/8) lalu memperlihatkan beberapa polisi Iran menelikung seorang remaja laki-laki Afghanistan. VOA belum dapat memverifikasi keaslian video tersebut.
Sementara itu pejabat-pejabat Iran mengatakan warga asing yang tidak berdokumen seharusnya meninggalkan negara itu selambat-lambatnya akhir tahun ini.
Pemerintah Iran pada Mei lalu mengatakan pihaknya telah mendeportasi 1,3 juta warga asing dalam satu tahun, terutama pengungsi Afghanistan.
Mantan Duta Besar Afghanistan Untuk Iran Abdul Ghafoor Liwal mengatakan kepada VOA, kebijakan Iran terhadap pengungsi dan penguasa Afghanistan tidak akan berubah.
“Secara umum, mengusir warga Afghanistan yang tidak berdokumen merupakan kebijakan Iran. Saya kira hal ini tidak akan berubah. Kawasan ini tidak berada di tangan pemerintah sipil Iran,” ujar Liwal.
BACA JUGA: Serangan di Masjid Syiah di Afghanistan Barat Tewaskan 6 JemaahHubungan Iran-Taliban
Iran telah membina hubungan dekat dengan Taliban sejak kelompok militant itu merebut kembali kekuasaan pada pertengahan Agustus 2021. Negara itu menyerahkan Kedutaan Besar Afghanistan di Teheran kepada Taliban pada awal 2023.
Abdul Ghafoor Liwal mengatakan “kebijakan Iran terhadap Afghanistan fokus pada soal keamanan. Iran tidak ingin membuka front baru di perbatasan timurnya, ketika sedang terlibat berbagai hal di Timur Tengah.”
Pengamat Iran di Middle East Institute, Fatemeh Aman, setuju bahwa hubungan Iran dan Taliban didorong oleh kekhawatiran akan isu keamanan. “Bahkan pada tahun ini masih terjadi serangan teroris di Iran. Teroris dapat memasuki perbatasan dengan menyamar,” ujarnya.
Dua ledakan di Kota Kerman, Iran, pada Januari lalu, menewaskan sedikitnya 95 orang. Pejabat-pejabat Iran menelusuri serangan itu hingga ke Provinsi Khorasan di Afghanistan.
Fatemah Aman mengatakan arus migran dari Afghanistan merupakan salah satu isu penting yang sedang dihadapi rezim Iran. [em/ft]