Iran Pertimbangkan Kembali Kerjasama dengan IAEA Jika AS Tak Hormati Perjanjian Nuklir

Ketua Program Nuklir Iran, Ali Akbar Salehi (kanan) menerima kunjungan Direktur IAEA Yukiya Amano di Teheran, Iran (foto: dok).

Iran hari Senin (8/1) mengatakan pihaknya mungkin mempertimbangkan kembali kerjasama dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) jika Amerika tidak menghormati komitmen dalam perjanjian nuklir yang telah disepakati Iran dengan negara-negara adidaya dunia pada tahun 2015 lalu.

Presiden Amerika Donald Trump harus memutuskan selambat-lambatnya pada pertengahan Januari, apakah akan tetap menghapus sanksi-sanksi Amerika terhadap ekspor minyak Iran berdasarkan persyaratan perjanjian nuklir yang mengurangi tekanan ekonomi terhadap Iran, sebagai imbalan atas kesediaan Iran membatasi program nuklirnya.

Oktober lalu Trump menolak untuk menyatakan bahwa Iran telah mematuhi perjanjian yang dikenal dengan singkatan JCPOA itu, meksipun Badan Tenaga Atom Internasional IAEA mengatakan bahwa Iran telah mematuhi perjanjian tersebut.

“Jika Amerika tidak memenuhi komitmennya dalam JCPOA, Republik Islam Iran akan mengambil keputusan yang mungkin akan mempengaruhi kerjasamanya saat ini dengan Badan Tenaga Atom Internasional IAEA,” ujar Ketua Program Nuklir Iran Ali Akbar Salehi dikutip sebagai mengatakan kepada Direktur IAEA Yukiya Amano dalam pembicaraan telepon.

IAEA adalah organisasi internasional yang berupaya mendorong penggunaan energi nuklir secara damai, dan kini mengamati kepatuhan Iran terhadap perjanjian tersebut.

Pendukung kesepakatan itu menegaskan bahwa pemantauan internasional yang kuat akan mencegah Irak mengembangkan bom nuklir.

Iran telah berulangkali membantah bahwa pihaknya ingin mengembangkan senjata nuklir.

Iran Siap Hadapi Keputusan Trump 13 Januari Mendatang

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasemi hari Senin mengatakan Iran “tidak akan berprasangka dengan keputusan yang akan diambil Amerika pada 13 Januari ini,” tetapi mengatakan pihaknya siap menghadapi seluruh kemungkinan yang ada dan “semua opsi ada di atas meja.”

Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan negara-negara di dunia seharusnya siap dengan kemungkinan Amerika menarik diri dari perjanjian itu.

“Masyarakat internasional mungkin sampai pada kesimpulan bahwa Amerika akan menarik diri dari JCPOA dalam beberapa hari ke depan,” ujar Araghchi, sebagaimana dikutip kantor berita Iran IRNA. Ditambahkannya, “masyarakat internasional harus siap dengan perkembangan ini,” dan mengingatkan bahwa keputusan semacam itu akan mempengaruhi stabilitas di kawasan.

Trump sedang menimbang apakah perjanjian itu memenuhi kepentingan keamanan Amerika, sementara negara-negara lain di dunia yang ikut merundingkan perjanjian itu – Perancis, Jerman,

Inggris, Rusia dan China – masih sangat mendukung perjanjian itu.

Menhan: AS Harusnya Pertimbangkan untuk Pertahankan Perjanjian Nuklir Iran

Menteri Pertahanan Amerika Jim Mattis September lalu mengatakan Amerika seharusnya mempertimbangkan untuk mempertahankan perjanjian dengan Iran kecuali jika terbukti bahwa Iran tidak mematuhi perjanjian itu, atau bukan merupakan kepentingan nasional Amerika untuk mematuhi perjanjian itu. [em/al]