Iran menahan kapal tanker minyak asing dan tujuh awaknya di Teluk Persia pekan lalu, demikian laporan media pemerintah hari Minggu (4/8). Ini merupakan yang ketiga kalinya Korps Garda Revolusi Iran menahan kapal dalam waktu kurang dari sebulan.
Garda Revolusi dalam pernyataan mengatakan menangkap kapal itu Rabu (31/7) malam di dekat Pulau Farsi, utara Selat Hormuz. Kantor berita resmi IRNA yang mengutip Garda mengatakan kapal itu membawa 700.000 liter bahan bakar selundupan dari Iran yang telah dipindahkan ke kapal itu dari kapal lain dan sedang diangkut "menuju negara-negara Arab Teluk Persia."
BACA JUGA: Iran: Usul Eropa Kawal Tanker ‘Bermusuhan dan Provokatif’Laporan mengenai penyitaan itu tidak menyebutkan mengapa bahan bakar Iran ditransfer ke negara-negara Arab Teluk Persia penghasil energi lainnya. Namun Teheran sebelumnya mengkhawatirkan penyelundupan komoditas unggulannya setelah sanksi ekonomi Amerika yang bertujuan memotong perdagangan minyak dunianya.
Media Iran bulan lalu melaporkan sekitar 8 juta liter minyak yang disubsidi pemerintah diselundupkan setiap hari ke negara-negara dengan harga minyak yang lebih tinggi.
Laporan Iran itu tidak menyebut nama kapal yang disita atau kewarganegaraan para awak yang ditahan.
Armada Kelima A.S yang berbasis di Bahrain, mengatakan tidak memiliki informasi mengenai penyitaan kapal tanker itu, sementara Inggris mengatakan semua kapal berbendera Inggrisnya sudah dicek dan tidak ada warga negara Inggris di antara yang ditahan.
Garda Revolusi pada 18 Juli mengatakan telah menahan kapal MT berbendera Panama atas dugaan meyelundupkan bahan bakar dan sehari kemudian menyita kapal Stena Impero yang berbendera Inggris di Selat Hormuz, yang tampaknya sebagai pembalasan atas penyitaan Inggris di Gibraltar terhadap sebuah kapal tanker Iran yang diduga menuju ke Suriah.
BACA JUGA: Jerman Tolak Ajakan AS untuk Ikut Melindungi Pelayaran Selat HormuzKapal-kapal yang membawa seperlima pasokan minyak dunia melewati Selat Hormuz yang sempit. Ketegangan di kawasan itu meningkat sejak Presiden AS Donald Trump menarik Amerika dari pakta internasional 2015 yang mengekang program pengembangan nuklir Iran dan menerapkan kembali sanksi.
Dalam beberapa pekan terakhir, baik Iran dan AS saling menembak jatuh pesawat tak berawak masing-masing yang mengawasi Teluk Persia, sementara AS menyalahkan Teheran atas serangan-serangan lain di Timur Tengah. Iran gagal meminta bantuan dari Inggris, Perancis dan Jerman untuk membantu mengurangi dampak sanksi AS, yang telah menghambat ekonominya. (my/jm)