Ratusan ribu warga sipil diyakini terperangkap di dalam kota Mosul, bahkan saat pasukan Irak telah mulai membersihkan lingkungan di bagian timur kota. Dan sementara pasukan itu membawa sebagian perlindungan terhadap senjata kimia, hanya sedikit yang telah dilakukan untuk melindungi warga yang terjebak dalam sasaran bidik.
"Baik pasukan Irak maupun Amerika, ataupun tokoh kemanusiaan dalam hal ini, secara publik tidak memberi informasi kepada masyarakat tentang apa yang harus dilakukan seandainya terjadi serangan senjata kimia," kata peneliti senior HAM Irak, Belkis Wille, yang baru saja kembali dari negara itu.
Dan dia takut, tidak hanya kurangnya informasi. Peralatan penting untuk bertahan hidup terhadap serangan kimia tampaknya juga hanya punya sedikit pasokan.
Untuk sebagian besar, pejabat militer dan intelijen AS menggambarkan senjata kimia ISIS “sebagai rakitan." Mereka mengatakan, kebanyakan bergantung pada gas klorin atau mustard belerang, dalam bentuk bubuk, yang ditambahkan ke peluru artileri dan roket.
Begitu jatuh ke bumi mustard belerang dapat membentuk awan debu yang bikin pedih, yang oleh para pejabat Pentagon digambarkan sebagai hal yang menjengkelkan, meskipun mereka mengakui itu dapat mematikan dalam dosis besar.
Untuk pekerja HAM dan kelompok bantuan, ada kekhawatiran efeknya bisa bisa lebih besar jika di lingkungan perkotaan yang padat. [ps/al]