ISIS Hancurkan Lebih Banyak Lagi Warisan Budaya di Kota Palmyra Suriah

bangunan kuno di Palmyra, Suriah tengah, terlihat rusak parah dalam foto yang dirilis oleh kantor berita resmi pemerintah Suriah, SANAA, 28 Maret 2016 (Foto: dok).

ISIS menguasai Palmyra pada tahun 2015 dan mempertahankan wilayah itu sampai militer Suriah yang didukung oleh Rusia mengusir mereka Maret lalu.

Kelompok militan Negara Islam (ISIS) telah menghancurkan sebagian gelanggang terbuka untuk pertunjukan atau amphitheater Romawi di Palmyra, kota kuno Suriah, demikian menurut kantor berita pemerintah Suriah.

Selain bagian penutup amfiteater abad kedua itu, ISIS menghancurkan Tetrapylon, sebuah monumen Romawi kuno berbentuk persegi. Kantor berita itu tidak memberikan rincian lebih lanjut atau mengatakan kapan monumen tersebut diledakkan.

Kepala badan purbakala Suriah Maamoun Abdulkarim memberikan kepada kantor berita Reuters gambar-gambar satelit yang menunjukkan Tetrapylon itu sebagian besar telah hancur. Gambar menunjukkan hanya empat dari 16 pilar Tetrapylon yang masih tegak.

Kelompok yang memantau oposisi Suriah juga menegaskan penghancuran warisan budaya oleh kelompok ISIS.

Abdulkarim mengatakan gambar-gambar itu menunjukkan kerusakan yang dilakukan antara 26 Desember dan 10 Januari.

Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB, UNESCO, Jumat (20/1) mengeluarkan pernyataan yang mengecam penghancuran di Palmyra.

"Penghancuran ini adalah kejahatan perang baru dan kerugian besar bagi rakyat Suriah dan bagi umat manusia," kata Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova.

ISIS menguasai Palmyra pada tahun 2015 dan mempertahankan wilayah itu sampai militer Suriah yang didukung oleh Rusia mengusir mereka Maret lalu.

Pada masa ISIS mengendalikan Palmyra, militan itu menghancurkan monumen kuno lainnya, termasuk monumen melengkung yang sudah berusia lebih dari 1.800 tahun. [as/ab]