Kelompok militan Negara Islam (ISIS) tampaknya telah merebut Palmyra, kota kuno di Suriah, sehingga menimbulkan kekhawatiran terjadi lagi gelombang penghancuran warisan budaya Islam yang tak tergantikan.
Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris menyatakan, pasukan Suriah telah mundur dari hampir seluruh pelosok kota itu Rabu tengah malam (20/5), setelah pertempuran hebat dengan kelompok militan itu di bagian utara Palmyra.
Reruntuhan berusia 2.000 tahun di Palmyra ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Direktur badan kepurbakalaan Suriah, Maamoun Abdulkarim mengatakan, ratusan patung telah dipindahkan dari kota itu dan semuanya kini berada di tempat-tempat aman. Tetapi masih ada beberapa benda lain dan monumen-monumen besar yang tidak dapat dipindahkan.
Para pejabat Suriah dan PBB mengimbau dunia agar membantu melindungi situs-situs tersebut dari ISIS, yang menghancurkan artefak-artefak kuno di Irak awal tahun ini.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Marie Harf hari Rabu mengatakan, para pejabat Amerika merasa prihatin dan berharap situs Palmyra tidak rusak. Tetapi ia mengatakan tidak tahu pasti apa lagi yang dapat dilakukan sekarang ini. Pengepungan Palmyra berlangsung beberapa hari setelah ISIS merebut kota di Irak Barat, Ramadi.
Presiden AS Barack Obama telah mengukuhkan dukungannya terhadap perdana menteri Irak dan keputusan untuk merencanakan operasi merebut kembali Ramadi, sementara pasukan Irak dan milisi Syiah mengepung kota itu dalam upaya merebutnya kembali.