ISIS Perlihatkan Wajah Brutal Sekaligus Peduli Selama Ramadan

  • Associated Press

Para pengungsi Irak, yang melarikan diri dari kekerasan di Mosul, mengantre bantuan makanan di dalam kamp pengungsi Khazer, di luar kota Arbil, wilayah Kurdistan di Irak (29/6).

Mereka membagikan makanan dan sumbangan uang kepada orang miskin, sambil memberlakukan hukuman keras kepada siapapun yang tertangkap tidak puasa.

Selama bulan suci Ramadan, kelompok Negara Islam (ISIS) memperlihatkan dua wajah yang berbeda kepada jutaan orang yang hidup di bawah kekuasaannya di Irak dan Suriah.

Mereka membagikan makanan dan sumbangan uang kepada orang miskin untuk memperlihatkan kepatuhan pada semangat kepedulian bulan tersebut, sambil memberlakukan hukuman keras kepada siapapun yang tertangkap tidak puasa.

Pendekatan ganda tersebut mencerminkan kebijakan yang telah diikuti kelompok ekstremis tersebut sejak mereka menguasai wilayah besar dari dua negara itu dan mendeklarasikan "kekhalifahan" di wilayahnya tahun lalu.

Mereka ingin membangun dukungan publik dengan menyediakan layanan-layanan dan bertindak sebagai pemerintah yang berfungsi, bahkan saat memberlakukan hukum Syariah yang keras melalui kekerasan.

Di kota Mosul di Irak, kota terbesar yang dikuasai ISIS, mereka yang tidak berpuasa atau berbuka puasa sebelum waktunya mendapat hukuman dengan dikurung di kandang di alun-alun selama berjam-jam atau beberapa hari, menurut seorang warga yang meminta namanya dirahasiakan.

Di beberapa bagian Suriah, pelanggar aturan diikat di salib kayu di depan umum, menurut lembaga pengawas HAM, Syrian Observatory for Human Rights, yang mengawasi situasi di negara tersebut. Warga lain dan para aktivis melaporkan bahwa pelanggar aturan puasa dihukum cambuk.

Di kota Fallujah di Irak barat, warga dilarang berkumpul di kedai kopi. ISIS juga memerintahkan para pria berpakaian sopan, yang artinya dilarang memakai celana pendek dan kemeja tak berlengan, busana umum bagi pria Irak di tengah udara yang sangat panas.

"Kami kehilangan suasana Ramadan yang indah yang biasa kami lakukan," ujar Mohammed Ahmed Jassim, pemilik toko kelontong dan ayah beranak tiga berusia 52 tahun di Fallujah.

"Dulu, suasana Ramadan terasa di setiap sudut kota. Sekarang setiap orang tinggal di rumah menunggu nasib."

Banyak warga yang ada di bawah kekuasaan ISIS menghadapi harga-harga pangan yang lebih tinggi, terutama produk pertanian dan roti, akibat pertempuran yang membuat tanah-tanah pertanian dibakar dan terhalangnya jalur pasokan utama untuk ISIS.

Pada saat yang sama, para ekstremis telah melepaskan beberapa sisi yang paling brutal selama Ramadan. Dalam minggu pertama bulan puasa, kelompok itu merilis sebuah video yang menunjukkan pembunuhan 16 pria yang digambarkan sebagai mata-mata, dengan menenggelamkan mereka dalam kandang ke dalam kolam, memenggal kepala mereka dengan bahan peledak dan melepaskan granat yang diluncurkan roket pada mobil berisikan orang-orang itu.

Minggu lalu, kelompok itu mengunggah video yang menunjukkan eksekusi sekitar dua lusin tentara Suriah oleh pejuang ISIS muda dengan tembakan peluru ke kepala di dalam puing-puing kota kuno Palmyra, disaksikan beberapa ratus orang.

Seruan ISIS untuk berjihad selama Ramadan tampaknya telah memicu serangan-serangan mematikan di Tunisia, Kuwait, Mesir dan Perancis selama beberapa minggu terakhir. Di Suriah, para pejuang ISIS menyusupi kota perbatasan Kobani, memerangi pasukan Kurdi selama dua hari dan membunuh sekitar 250 warga sipil, termasuk 100 anak-anak, banyak diantaranya sedang berada di rumah, menurut para aktivis.

Mesin media ISIS yang kuat juga menggunakan bulan Ramadan untuk mempromosikan diri. Salah satu video yang diunggah menggambarkan kehidupan para pejuang di garis depan selama Ramadan, menunjukkan mereka menembaki musuh, sebelum berbuka puasa dengan nasi, ayam, kurma, acar dan roti.

Kelompok itu juga secara rutin mengunggah foto-foto kegiatan amal Ramadan, membagikan bingkisan-bingkisan makanan dan menyediakan kurma, jus buah dan air mineral di masjid-masjid.

Di Fallujah, para militan ISIS menyembelih domba dan sapi dan membagikan dagingnya kepada masyarakat di hari pertama Ramadan, menurut para warga.

Sekali-sekali otoritas ISIS mengadakan buka puasa gratis di alun-alun atau di masjid, menurut seorang aktivis bernama Bari Abdul-Latif di kota al-Bab di provinsi Aleppo, Suriah. Mereka juga menjual tabung gas untuk memasak dengan harga seperlima harga pasar selama Ramadan.

"Mereka menanamkan kesan dalam pikiran orang-orang bahwa mereka berkuasa," ujar Abdul-Latif.