Kelompok Negara Islam (ISIS) telah melancarkan ofensif terhadap Kobani, kota di perbatasan Suriah yang dikuasai Kurdi, satu dari tiga serangan besar pemberontak di Suriah yang dilaporkan hari Kamis (25/6).
Serangan dimulai dengan bom bunuh diri Kamis pagi di dekat pos perbatasan Kobani dengan Turki, kata Syrian Observatory for Human Rights. Organisasi yang berbasis di Inggris ini menyatakan puluhan orang tewas atau luka-luka dalam pertempuran itu.
Observatory belakangan mengatakan, militan ISIS mengeksekusi sedikitnya 20 warga sipil Kurdi termasuk perempuan dan anak, di kota Barkh Butan, yang terletak di sebelah selatan Kobani.
Para pejuang Kurdi yang didukung serangan udara pimpinan Amerika merebut Kobani pada bulan Januari, setelah bentrokan berbulan-bulan dengan pasukan ISIS. Hal ini dianggap sebagai kemenangan simbolis yang penting dalam perang melawan ISIS.
Juga Kamis, Observatory melaporkan pasukan ISIS merebut dua daerah permukiman dari pasukan pemerintah di Hasaka, kota di bagian timurlaut Suriah. Sumber-sumber militer Suriah telah membantah laporan tersebut dan menyatakan pasukan pemerintah berhasil menggagalkan serangan kelompok jihadis tersebut, jelas kantor berita Reuters.
Kontrol atas Hasaka terbagi antara pasukan Kurdi dan pasukan pemerintah Suriah. Kota itu telah berulangkali diserang ISIS.
Sementara itu, koalisi pemberontak yang dikenal sebagai aliansi Front Selatan menyerang posisi-posisi pemerintah hari Kamis di Daraa, kota di bagian selatan. Pertempuran di sana tampaknya akan berlangsung lama.
Observatory melaporkan bentrokan hebat dan tembak menembak artileri di Daraa, di mana pergolakan menentang Presiden Bashar al-Assad dimulai pada 2011. Kantor berita Syrian Arab News Agency mengukuhkan pertempuran itu, dan mengatakan enam orang tewas dan 13 lainnya terluka.
Tidak ada laporan lain mengenai keberhasilan ofensif Front Selatan itu, yang terdiri dari 54 kelompok pemberontak dan telah berbulan-bulan berjanji akan melancarkan apa yang disebutnya serangan “Badai Selatan” di kawasan tersebut.
Aliansi ini mencakup para pejuang dari Tentara Suriah Merdeka yang sebagian besar tidak aktif, yang telah dilatih dan dipersenjatai oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Tetapi koalisi ini, yang juga mencakup kelompok-kelompok Islamis, berupaya keras untuk mendapat dukungan penuh dari Barat.