Kementerian Kesehatan Gaza, Selasa (10/9) mengatakan sedikitnya 19 orang tewas dan 60 lainnya luka-luka dalam serangan rudal Israel di sebuah lokasi pengungsian di selatan Jalur Gaza. Ditambahkan, para petugas penyelamat belum dapat menjangkau sebagian korban yang masih terkubur di bawah pasir dan puing-puing.
Jumlah korban tewas itu lebih rendah daripada jumlah yang diberikan oleh Pertahanan Sipil, yang mengatakan 40 orang tewas dalam serangan tersebut.
Militer Israel membantah jumlah korban yang lebih tinggi, seraya menyalahkan Hamas karena beroperasi di zona-zona bantuan kemanusiaan.
Serangan itu terjadi di Mawasi, di sebelah barat Khan Younis, tempat tinggal banyak warga Palestina yang melarikan diri dari daerah-daerah lain di Gaza untuk menghindari konflik Israel-Hamas.
Militer Israel mengatakan pihaknya telah menyerang sejumlah militan senior Hamas, termasuk beberapa komandan yang terlibat langsung dalam serangan 7 Oktober 2023 di Israel yang menyulut perang berkepanjangan ini.
Sebuah pernyataan dari Hamas membantah keberadaan anggotanya di area tersebut.
Upaya Gencatan Senjata
Sekjen PBB Antonio Guterres, Senin (9/9) mengatakan pihaknya telah menawarkan diri untuk membantu memantau gencatan senjata apa pun yang mungkin tercapai untuk menghentikan perang di Gaza. Tetapi, lanjutnya, “tidaklah realistis” untuk berpikir bahwa badan dunia itu akan secara langsung mengelola wilayah tersebut atau menyediakan pasukan penjaga perdamaian.
Dalam sebuah wawancara, Guterres mengatakan kepada Associated Press bahwa, “PBB akan siap mendukung gencatan senjata apapun.” Tetapi, lanjutnya, ia tidak yakin Israel akan menyetujui peran lebih luas bagi PBB.
Dalam konflik yang sudah berkecamuk selama lebih dari 11 bulan ini, Israel telah menuduh beberapa pekerja bantuan PBB justru terlibat dalam serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Sejak tahun 1948 PBB memiliki misi pemantau militer di Timur Tengah, yang dikenal sebagai UNTSO. Guterres mengatakan penawaran untuk memantau gencatan senjata “merupakan salah satu hipotesis yang telah kami ajukan.” Tetapi pembicaraan gencatan senjata selama berbulan-bulan ini telah menghadapi kebuntuan.
“Tentu saja, kami siap untuk melakukan apa pun yang diminta oleh masyarakat internasional,” kata Guterres. “Masalahnya adalah apakah pihak-pihak yang berperang akan menerimanya, dan khususnya, apakah Israel akan menyetujuinya.”
Meskipun demikian Guterres menegaskan urgensi gencatan senjata sekarang ini, karena “tingkat penderitaan yang kami saksikan di Gaza belum pernah terjadi dalam (tujuh tahun) masa tugas saya sebagai sekretaris jenderal PBB. Saya belum pernah melihat tingkat kematian dan kehancuran seperti yang kita saksikan di Gaza dalam beberapa bulan terakhir ini.”
Seruan Dewan HAM PBB
Secara terpisah, kepala badan HAM PBB Volker Türk Senin mengatakan bahwa mengakhiri perang di Gaza dan “menghindarkan konflik regional yang meluas merupakan prioritas mutlak dan mendesak.”
”Kami tahu bahwa perang dapat meluas, dan terjadi hingga beberapa generasi mendatang, memicu siklus kebencian yang berulang jika masalah mereka belum juga ditangani,” kata Türk dalam sidang Dewan HAM di Jenewa. “Ironisnya, perang di Gaza merupakan contoh klasiknya.”
Türk menyoroti serangan Hamas yang “mengerikan” terhadap Israel dan 101 orang Israel masih disandera di Gaza, serta pengungsian paksa 1,9 juta orang Palestina di Gaza dan “operasi maut dan menghancurkan” Israel di Tepi Barat yang “memperburuk situasi yang membahayakan.”
Hampir 41.000 Warga Palestina Tewas
Perang Israel-Hamas dipicu oleh serangan kelompok militan itu ke selatan Israel pada 7 Oktober lalu, yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya itu, Hamas juga menculik sekitar 250 orang lainnya.
Serangkaian serangan balasan lewat darat dan udara yang dilakukan Israel telah memporak-porandakan Gaza. Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola oleh Hamas, mengatakan hingga hari Senin ini sedikitnya 40.900 warga Palestina di wilayah itu tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Hampir 91.000 orang juga luka-luka. Militer Israel mengklaim jumlah korban tewas itu juga mencakup ribuan militan.
Lebih dari 80 persen warga Gaza yang berjumlah kurang dari dua juta orang telah terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman, seringkali berkali-kali.
Amerika, Qatar, dan Mesir telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mencoba menengahi gencatan senjata dan kembalinya para sandera, tetapi negosiasi tersebut berulang kali mengalami kebuntuan. [uh/em]