Menlu AS John Kerry meninggalkan Israel hari Selasa (1/4) setelah mengadakan serangkaian pertemuan untuk menyelamatkan perundingan perdamaian Timur Tengah.
YERUSALEM —
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry telah meninggalkan Israel dan kembali ke Eropa setelah mengadakan pertemuan dengan pemimpin-pemimpin Israel untuk menyelamatkan perundingan perdamaian Timur Tengah yang tersendat-sendat.
Kerry meninggalkan Israel setelah melakukan lawatan selama satu malam dan melangsungkan dua pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Kedua pemimpin itu tidak memberi komentar apapun kepada publik, tetapi Menteri Kehakiman Israel Tzipi Livni – yang bertanggung jawab mengawasi tim perunding Israel – mengatakan kepada stasiun radio Israel bahwa upaya intensif sedang dilakukan untuk menyelamatkan perundingan tersebut.
Livni mengatakan kerja keras telah dilakukan dalam beberapa bulan ini dan khususnya pada hari-hari dan jam-jam terakhir, untuk melanjutkan perundingan dan mencapai kesepakatan mengenai tujuan besar utama yaitu hidup bersama dalam perdamaian.
John Kerry kembali ke kawasan itu untuk kedua kalinya dalam kurang dari satu pekan guna mencegah runtuhnya perundingan tersebut.
Israel menuntut Palestina agar menyetujui perpanjangan masa perundingan sebelum pihaknya membebaskan kelompok terakhir tahanan Palestina yang telah disepakati dalam perjanjian untuk memulai kembali perundingan perdamaian delapan bulan lalu.
Palestina mengatakan penundaan pembebasan tahanan melanggar perjanjian tersebut dan mengancam untuk menarik diri dari perundingan.
Kepala Pusat Penelitian Survei dan Kebijakan Palestina – Khalil Shikaki mengatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membutuhkan konsesi dari Palestina untuk mengatasi tantangan keras pembebasan tahanan dari anggota-anggota sayap kanan koalisi pemerintahannya. Tetapi menurut Shikaki, pemimpin-pemimpin Palestina tidak dapat memenuhi sejumlah tuntutan Israel.
Shikaki menambahkan tuntutan-tuntutan yang tidak dapat dipenuhi itu mencakup kehadiran jangka panjang militer Israel di beberapa lokasi di Tepi Barat – tuntutan yang menurut Palestina menunjukkan watak Yahudi Israel – dan isu-isu lain terkait Jerusalem dan kemungkinan pertukaran wilayah apapun.
Kerry meninggalkan Israel setelah melakukan lawatan selama satu malam dan melangsungkan dua pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Kedua pemimpin itu tidak memberi komentar apapun kepada publik, tetapi Menteri Kehakiman Israel Tzipi Livni – yang bertanggung jawab mengawasi tim perunding Israel – mengatakan kepada stasiun radio Israel bahwa upaya intensif sedang dilakukan untuk menyelamatkan perundingan tersebut.
Livni mengatakan kerja keras telah dilakukan dalam beberapa bulan ini dan khususnya pada hari-hari dan jam-jam terakhir, untuk melanjutkan perundingan dan mencapai kesepakatan mengenai tujuan besar utama yaitu hidup bersama dalam perdamaian.
John Kerry kembali ke kawasan itu untuk kedua kalinya dalam kurang dari satu pekan guna mencegah runtuhnya perundingan tersebut.
Israel menuntut Palestina agar menyetujui perpanjangan masa perundingan sebelum pihaknya membebaskan kelompok terakhir tahanan Palestina yang telah disepakati dalam perjanjian untuk memulai kembali perundingan perdamaian delapan bulan lalu.
Palestina mengatakan penundaan pembebasan tahanan melanggar perjanjian tersebut dan mengancam untuk menarik diri dari perundingan.
Kepala Pusat Penelitian Survei dan Kebijakan Palestina – Khalil Shikaki mengatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membutuhkan konsesi dari Palestina untuk mengatasi tantangan keras pembebasan tahanan dari anggota-anggota sayap kanan koalisi pemerintahannya. Tetapi menurut Shikaki, pemimpin-pemimpin Palestina tidak dapat memenuhi sejumlah tuntutan Israel.
Shikaki menambahkan tuntutan-tuntutan yang tidak dapat dipenuhi itu mencakup kehadiran jangka panjang militer Israel di beberapa lokasi di Tepi Barat – tuntutan yang menurut Palestina menunjukkan watak Yahudi Israel – dan isu-isu lain terkait Jerusalem dan kemungkinan pertukaran wilayah apapun.