Sidang kasus korupsi Perdana Menteri Netanyahu akan mulai menghadirkan para saksi pada bulan Januari. Jadwal itu diumumkan oleh pengadilan di Israel hari Minggu (19/7) setelah pengacara untuk perdana menteri itu berpendapat penundaan enam bulan itu diperlukan karena virus corona.
Keputusan itu diumumkan di tengah meningkatnya protes yang diwarnai kekerasan dan seruan agar Netanyahu mundur terkait penanganan pandemi yang dilakukan pemerintah. Gelombang kedua pandemi dan pembatasan baru telah membuat warga Israel marah dan bingung.
Seorang hakim di Yerusalem memutuskan bahwa sidang untuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas tiga tuduhan korupsi, penipuan dan pelanggaran kepercayaan akan mulai mendengarkan kesaksian dari para saksi pada bulan Januari, dan bahwa sidang akan diadakan tiga kali seminggu.
Netanyahu tidak hadir dalam sidang itu. Pengacara yang membela perdana menteri itu meminta penundaan karena pandemi COVID-19, dengan alasan akan sulit baginya untuk menanyai saksi yang mengenakan masker.
Para analis Israel mengatakan Netanyahu secara konsisten berusaha menunda persidangannya dan meminta pengadilan untuk mengizinkannya menerima sumbangan dari teman-teman dan kerabatnya yang kaya untuk pembelaannya – permintaan yang ditolak pengadilan.
Netanyahu dituduh dalam tiga kasus berbeda, termasuk Kasus 4000, yang dianggap paling serius. Dalam hal itu dia dituduh menyetujui peraturan yang menguntungkan pemegang saham utama perusahaan telekomunikasi terbesar di Israel dengan imbalan liputan pemberitaan yang positif tentang dirinya.
BACA JUGA: Polisi Israel Berusaha Bubarkan Protes Anti-Netanyahu di YerusalemMenteri Kehakiman Israel mengatakan sidang akan terus berlanjut bahkan jika Israel memberlakukan karantina penuh untuk memerangi pandemi.
Pengadilan itu dilakukan ketika publik Israel kehilangan kepercayaan pada pemerintah dan Netanyahu, menurut Tamar Hermann, seorang penyelenggara jajak pendapat di Lembaga Demokrasi Israel.
“Jadi yang kita lihat adalah penurunan tajam kepercayaan pada semua orang dan tim yang terlibat dalam pembuatan kebijakan terkait krisis virus corona,” ujarnya.
Tamar Hermann mengatakan kepuasan atas kinerja Netanyahu telah turun dari 60 persen pada bulan Maret, bahkan selama berlangsung gelombang pertama pandemi, menjadi kurang dari 30 persen.
Rasa frustrasi terhadap penanganan gelombang kedua pandemi juga membangkitkan kemarahan yang meningkat terhadap pemerintah, terutama di kalangan muda Israel.
Untuk minggu kedua berturut-turut, lebih dari sepuluh ribu warga Israel berdemonstrasi di Tel Aviv dan Yerusalem, sebagian besar mengenakan masker. Tetapi setelah demonstrasi berakhir, puluhan orang memblokir jalan dan bentrok dengan polisi, sehingga terjadi penangkapan.
Tingkat pengangguran di Israel meroket dan banyak warga yang mengatakan mereka belum menerima bantuan pemerintah seperti yang dijanjikan.
COVID-19 kini telah menewaskan 400 orang di Israel sejak awal pandemi dan semakin banyak orang mengalami kemerosotan serius pada kesehatan mereka. Pemerintah Israel akhir pekan ini memutuskan untuk menutup semua gimnasium, kolam renang dan restoran, kecuali untuk pesanan makanan yang dibawa pulang atau diantarkan. Pantai dan mal akan ditutup pada akhir pekan, tetapi akan tetap buka pada hari-hari biasa. [lt/jm]