Pelajaran apa yang bisa kita petik dari turnamen Wimbledon yang baru saja usai? Jangan sekalipun menganggap remeh Roger Federer. Terutama setelah ia memenangkan gelar juara Wimbledon untuk kedelapan kalinya yang merupakan rekor baru Wimbledon, dan juga gelar Grand Slam keduanya pada "kebangkitan" lagi Federer.
Ada saat-saat ketika orang mulai bertanya-tanya apakah Federer akan mampu memenangkan lagi turnamen Grand Slam. Federer semakin tua, ia akan berusia 36 tahun bulan depan. Dia juga telah melalui masa 4½ tahun tanpa berhasil meraih satu gelar Grand Slam pun.
Federer juga terseok dalam daftar ranking dunia dari empat besar petenis dunia yang dikenal sebagai 'Big 4' (Empat Besar) yaitu: Rafael Nadal, Novak Djokovic, dan Andy Murray.
Bahkan Federer sendiri pun mulai bertanya-tanya. Dia mengambil paruh terakhir tahun 2016 untuk beristirahat total dari tenis, guna melakukan penyembuhan cedera lututnya melalui operasi dan kemudian berhasil membawanya kembali ke puncak permainan.
Pertama, Federer berhasil mengakhiri masa 4 tahun lebih tanpa juara Grand Slam dengan menjuarai turnamen Australia Terbuka pada bulan Januari lalu. Kemudian, setelah memutuskan untuk melewati turnamen Perancis Terbuka, dia menambah perolehan gelar Grand Slamnya menjadi 19 kali dengan memenangkan Wimbledon tanpa kehilangan satu set pun selama turnamen, yang diakhiri dengan kemenangan 6-3, 6-1, 6-4 atas juara AS Terbuka 2014 Marin Cilic pada hari Minggu (16/7).
"Sejujurnya, saya sendiri sangat terkejut hasil tahun ini telah begitu baik. Saya juga merasa terkejut dengan tingkat permainan saya setiap hari yang sangat bagus," kata Federer.
"Saya sendiri juga tidak percaya bahwa saya bisa memenangkan dua gelar Grand Slam pada tahun ini," imbuhnya.
Inilah yang kita pelajari selama turnamen Grand Slam Wimbledon ke-131: jangan sekalipun menyepelekan Federer. Bahkan di usianya yang bulan depan akan memasuki 36 tahun. Federer lahir di Basel, Swiss pada 8 Agustus 1981. [pp]