Pemimpin militer Myanmar, Senin (8/2) mengatakan akan mengadakan pemilu baru dan menyerahkan kekuasaan kepada pemenang, sementara ribuan orang turun ke jalan-jalan untuk hari ketiga. Mereka memprotes kudeta yang menggulingkan pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.
Jenderal Senior Min Aung Hlaing berbicara dalam pidato yang disiarkan televisi.
"Kami akan mengadakan pemilu multipartai dan akan menyerahkan kekuasaan kepada pihak yang memenangkan pemilu, sesuai peraturan demokrasi," katanya.
Itu adalah pidato pertamanya sejak militer merebut kendali Senin lalu (1/2). Dia tidak mengatakan kapan pemilu akan diadakan, tapi mengulangi lagi klaim-klaim bahwa pemilu November lalu telah dicurangi. Pemilu tersebut dimenangkan oleh Liga Nasional bagi Demokrasi yang dipimpin Suu Kyi.
Di ibu kota, Naypyitaw, massa meneriakkan slogan-slogan antikudeta. Mereka memberitahu polisi agar melayani rakyat, bukan militer, menurut berbagai laporan media.
Polisi menembakkan meriam air ke arah pengunjuk rasa. Polisi mengancam akan menggunakan peluru tajam apabila demonstran tidak membubarkan diri. Unjuk rasa berakhir tanpa pertumpahan darah.
BACA JUGA: Protes Antikudeta Meluas di MyanmarDemonstrasi juga terjadi di ibukota bisnis, Yangon, dan kota-kota lain. Aksi-aksi sejauh ini berlangsung aman, tidak ada penindakan keras seperti pada protes-protes sebelumnya pada 1988 and 2007 di mana ratusan tewas.
Kedutaan AS mengatakan telah menerima laporan bahwa jam malam telah diberlakukan di Yangon dan Mandalay, kota terbesar kedua, dari pukul 8 malam hingga 4 pagi waktu setempat. [vm/ka]