Jerman Minta UE Tetapkan Sanksi Terhadap Presiden Belarus

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas di Berlin, 7 Oktober 2020. (Foto: dok).

Jerman menyerukan Uni Eropa agar menetapkan sanksi-sanksi terhadap Presiden Belarus Alexander Lukashenko.

Berbicara kepada wartawan menjelang pertemuan menteri-menteri luar negeri Uni Eropa di Luxemburg, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan bahwa kekerasan baru terhadap demonstran di Minsk tidak dapat diabaikan.

“Kekerasan berlanjut, dilakukan oleh rezim Lukashenko. Masih ada penangkapan para demonstran damai, jadi kita harus mempertimbangkan langkah selanjutnya,” kata Maas, yang negaranya sedang mendapat giliran menjabat presiden Uni Eropa.

"Saya telah mengusulkan agar kita menetapkan satu paket sanksi baru. Dan Lukashenko termasuk di antara orang-orang yang kemudian akan dikenai sanksi,” kata Maas.

Uni Eropa telah menetapkan larangan perjalanan dan pembekuan aset terhadap 40 sekutu Lukashenko, tetapi menahan diri untuk tidak memasukkan Lukashenko ke dalam daftar tersebut.

BACA JUGA: Polisi Bubarkan Demonstran di Minsk

Puluhan demonstran di Belarus ditangkap hari Minggu dalam demonstrasi akhir pekan ke-10 berturut-turut menentang Lukashenko.

Sejak presiden Belarus itu mengklaim kemenangan dalam pemilu 9 Agustus yang disengketakan, para demonstran kerap turun ke jalan-jalan untuk menuntut pengunduran dirinya dan pembebasan tahanan politik.

Rekaman video dari demonstrasi terbaru menunjukkan pasukan keamanan menggunakan meriam air dan pentungan untuk membubarkan massa. Polisi Minsk menyatakan telah menahan “beberapa puluh” orang. Bentrokan itu menyusul pertemuan antara Lukashenko dan para pemimpin oposisi yang dipenjarakan pada hari Sabtu.

BACA JUGA: Ribuan Orang Lanjutkan Protes di Minsk

“Sasaran presiden adalah mendengar pendapat semua orang,” sebut kantornya mengenai kunjungan itu.

Kandidat utama oposisi dalam pemilu itu, Sviatlana Tsikhanouskaya, kini berada di Lithuania setelah melarikan diri dari Belarus demi keselamatan dirinya.

Lukashenko bersikukuh ia menang besar dalam pemilu itu – meraih 80 persen suara – meskipun ada klaim luas di dalam dan di luar negeri bahwa pemilu itu telah dicurangi untuk membuatnya tetap berkuasa. Ia telah menjabat presiden selama 26 tahun. [uh/ab]