Dengar pendapat mengenai ekstradisi Julian Assange berlangsung selama tiga hari. Para pakar hukum ekstradisi mengatakan kasus itu tidak biasa. Swedia meminta ekstradisi pendiri WikiLeaks itu sehubungan dengan tuduhan kejahatan seks.
Pengacara Assange mengatakan hubungan seks yang dipertanyakan itu dilakukan tanpa paksaan dan tuduhan itu berlatarbelakang politis.
Assange keluar dari pengadilan hari Jumat kecewa dengan sidang dengar pendapat itu, karena pengacaranya tidak diizinkan membahas tuduhan kejahatan seks itu pada dengar pendapat mengenai ekstradisi.
Ia mengatakan, "Kami tidak diberi kesempatan menjelaskan kejadian itu dari sisi saya. Kami dibatasi pada sanggahan prosedural saja tentang penyalahgunaan proses keabsahan surat perintah itu, tetapi bukan hal-hal yang memicunya. Hal itu bagi saya tidak adil sebagai orang yang menghadapi masalah ini.”
Dengar pendapat mengenai ekstradisi di Inggris biasanya tidak membahas keabsahan sebuah kasus terhadap tertuduh. Salah seorang pengacara Assange, Mark Stephens, menyatakan prihatin atas pernyataan Perdana Menteri Swedia Fredrik Reinfeldt mengenai Assange.“Usahanya untuk memfitnah dan menghukum Assange bahkan sebelum ia dikenakan tuduhan. Benar-benar luar biasa dan tidak pantas, di negara ini masalah ini sudah dibatalkan sebagai akibatnya. Saya berharap orang melihat pada apa yang dikatakan di Swedia dengan skeptis karena politisasi yang terang-terangan ini khususnya tindakan yang dilakukan oleh Perdana Menteri itu,” paparnya.
Di pengadilan, jaksa atas nama pemerintah Swedia menyangkal bahwa Assange difitnah dan mengatakan tuduhan terhadap Assange sepatutnya dilengkapi dengan ekstradisi.
Kasus itu ditunda sampai 24 Februari. Hakim mengatakan keputusan apapun yang diambilnya, diperkirakan akan menghadapi naik banding. Para pakar hukum ekstradisi mengatakan dibutuhkan setahun untuk menyelesaikan keseluruhan proses. Assange dibebaskan dengan persyaratan jaminan yang ketat, di mana ia tidak boleh keluar dari sebuah rumah di pedesaan Inggeris.