Krisis keuangan yang melanda beberapa negara berdampak besar terhadap laju migrasi di seluruh dunia.
Laporan baru Organisasi Untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang berkantor di Paris mengatakan jumlah migrasi di seluruh dunia turun tujuh persen tahun 2009. Data baru-baru ini menunjukkan jumlah tersebut bahkan turun lebih jauh lagi tahun lalu.
Sekjen OECD, Angel Gurria memaparkan laporan tersebut dalam sebuah konferensi pers di Brussels. “Migrasi internasional sedang berada pada titik balik. Seiring upaya berbagai negara memulihkan lapangan kerja dan membangun perekonomian yang lebih kuat, lebih bersih dan adil, kita harus menganalisa migrasi internasional lewat cara baru," ungkap Gurria.
Gurria mengatakan migrasi pekerja tidak tetap turun 17 persen tahun 2009. Arus imigran gelap dari Amerika Latin ke Amerika juga turun. Sebaliknya, temuan dalam laporan itu menunjukkan migrasi legal meningkat misalnya ke Kanada, Australia dan Amerika.
Laporan yang sama juga menunjukkan separuh dari migrasi internasional saat ini berasal dari negara berkembang, di mana Tiongkok dan India menjadi sumber migran utama ke negara-negara anggota OECD.
Pemberontakan di dunia Arab baru-baru ini juga berdampak terhadap imigrasi. “Jelas sekali bahwa gejolak di dunia Arab mengakibatkan meningkatnya arus migrasi saat ini, terutama menuju Italia dan Perancis tetapi juga di wilayah Afrika sendiri," tambah Gurria.
Ribuan imigran yang terutama berasal dari Afrika Utara yang berbondong-bondong ke Eropa dalam bulan-bulan terakhir ini telah mendorong seruan untuk memperketat perbatasan Eropa. Komisaris Uni Eropa, Cecilia Malstrom mengatakan Uni Eropa telah menawarkan bantuan. “Tetapi kita juga perlu mengkaji lebih jauh dan menyusun kebijakan jangka panjang," ujar Malstrom.
Uni Eropa juga ingin mencari cara membantu imigran-imigran muda yang menghadapi tingkat pengangguran tertinggi di wilayah itu.