Junta Myanmar Berlakukan Jam Malam 

Polisi menyemprotkan meriam air ke arah para pengunjuk rasa yang memprotes kudeta militer dan menuntut pembebasan pemimpin Aung San Suu Kyi, di Naypyitaw, Myanmar, 8 Februari 2021.

Junta Myanmar, Senin (8/2), telah mengumumkan pemberlakuan jam malam di dua kota terpadat di negara itu, menyusul protes besar berhari-hari menentang perebutan kekuasaan oleh militer.

Demonstrasi rakyat diadakan untuk hari ketiga berturut-turut pada Senin (8/2), tepat seminggu setelah junta menahan Aung San Suu Kyi dan para pemimpin lain dari pemerintahan sipil hasil pilihan rakyat.

Puluhan ribu orang memadati jalan-jalan kota besar, termasuk ibu kota, Naypyitaw, dan kota komersial utama Yangon, memegang pkakat bertuliskan, “Selamatkan Myanmar,” “Kami ingin demokrasi,” serta foto Suu Kyi.

Polisi menggunakan meriam air untuk membubarkan pengunjuk rasa di Naypyitaw.

Namun, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang memimpin kudeta, tidak menyebutkan kerusuhan dalam pidatonya pada Senin (8/2) malam, yang pertama sejak mengambil alih kekuasaan.

Jenderal itu mengulangi klaim bahwa pemilihan November, yang telah mengembalikan partai berkuasa Suu Kyi, adalah kecurangan. Namun, dia berjanji akan mengadakan pemilu baru untuk menghadirkan “demokrasi yang benar dan disiplin” yang berbeda dari era pemerintahan militer sebelumnya.

Dia tidak merinci kapan pemilihan baru itu akan berlangsung.

Juga pada Senin, militer mengumumkan jam malam mulai pukul 20.00 - pukul 04.00 waktu setempat akan diberlakukan di Kota Yangon dan Mandalay.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyerukan agar kudeta itu “dibatalkan,” dan mendesak para aktor internasional untuk “melakukan seruan untuk kembali ke demokrasi.” [lt/em]