PBB melaporkan hari Rabu (21/12), wajah perdagangan manusia berubah dengan lebih banyak mengincar anak-anak dan laki-laki, serta lebih banyak korban terjebak dalam kerja paksa dibandingkan 10 tahun lalu.
Perdagangan internasional yang mengeksploitasi pengungsi dan migran yang rentan, telah mencapai "dimensi mengerikan". Menurut Yury Fedotov, direktur eksekutif Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), perdagangan lebih banyak terjadi di dalam negeri.
Kepada Dewan Keamanan PBB, Fedotov mengatakan, UNODC memperoleh temuan, perdagangan manusia di 106 negara dan teritori umumnya untuk eksploitasi seksual, kerja paksa, dan mengemis; dan sepertiga dari jumlah korban adalah anak-anak.
UNODC mengkaji tren pada sekitar 63 ribu korban perdagangan antara tahun 2012 dan 2014, jumlah sangat sedikit dari 21 juta orang yang diperkirakan Organisasi Buruh Internasional PBB diperdagangkan di seluruh dunia. Kajian yang dilakukan setiap dua tahun itu, dan sebagian besar didasarkan pada informasi dari otoritas nasional, memperoleh temuan jumlah anak yang terjerat perdagangan, naik lebih dari dua kali lipat menjadi 28 persen pada tahun 2014 dari 13 persen korban pada tahun 2004.
Lebih banyak anak laki-laki daripada anak perempuan yang menjadi korban di Sub-Sahara Afrika, di mana perdagangan manusia lebih banyak untuk kerja paksa, tentara anak-anak, dan mengemis. [ka/jm]