Seorang warga Prancis, Patrick Devilliers, telah ditahan di Phnom Penh, Kamboja, sejak 13 Juni lalu atas permintaan Tiongkok.
Sejak mengukuhkan terjadinya penahanan terhadap Patrick Devilliers minggu ini, Kamboja menyampaikan beberapa rincian tentang mengapa warga Prancis itu ditahan, dan atas dasar apa ia terus ditahan.
Pihak berwenang mengatakan, penahanan itu atas permintaan Tiongkok. Diduga keras, Tiongkok ingin menanyai Devilliers tentang hubungannya dengan Gu Kailai, isteri politisi Tiongkok yang tercela. Bo Xilai. Gu Kailai sedang diselidiki karena kasus pembunuhan pengusaha Inggeris di Tiongkok, Neil Heywood, tahun lalu.
Para pejabat kementerian luar negeri Kamboja mengatakan kepada wartawan bahwa Devilliers tidak akan dipulangkan baik ke Tiongkok maupun ke Prancis tanpa bukti bahwa ia telah melakukan tindak kejahatan.
Juru bicara Pemerintah Kamboja, Phay Siphan, hari Jumat menolak membicarakan hal itu, kecuali mengatakan bahwa Kamboja sangat berhati-hati dalam mengikuti prosedur terhadap kasus yang peka itu.
“Ini adalah soal hukum. Itulah sebabnya Kamboja memerlukan waktu lebih banyak untuk mengungkap apa yang terjadi. Untuk sementara ini, Devilliers masih di Kamboja,” tegasnya.
Sekarang, Kamboja mendapati diri terjerat dalam skandal politik terbesar Tiongkok. Heywood punya kaitan erat dengan Bo xilai yang dipecat sebagai ketua Partai Komunis di kota Chongqing. Tetapi, ikatan itu merenggang dan kematian Heywood mengakibatkan karir politik Bo tamat.
Tiongkok punya pengaruh besar atas Kamboja karena memberi hibah dan pinjaman ratusan juta dolar dengan syarat lunak.
Kamboja masih mengandalkan bantuan asing untuk menambah anggaran belanjanya, dan belakangan ini semakin beralih ke Tiongkok untuk mengurangi ketergantungannya pada negara-negara Barat.
Namun, para pengamat mengatakan, penahanan Devilliers menunjukkan bahwa kedermawanan Tiongkok punya kaitan.
Kepala Badan HAM Kamboja, Sou Virak, mengatakan, “Bantuan Tiongkok itu banyak kaitannya, meskipun dikatakan tidak ada kaitannya. Pemerintah Tiongkok bersedia membantu Kamboja dengan syarat tertentu, dan Kamboja cenderung menuruti keinginan Tiongkok.”
Tahun 2009 Kamboja dikecam luas karena memulangkan ke Tiongkok 20 warga Uighur pencari suaka. Hingga sekarang nasib mereka tidak diketahui.
Pihak berwenang mengatakan, penahanan itu atas permintaan Tiongkok. Diduga keras, Tiongkok ingin menanyai Devilliers tentang hubungannya dengan Gu Kailai, isteri politisi Tiongkok yang tercela. Bo Xilai. Gu Kailai sedang diselidiki karena kasus pembunuhan pengusaha Inggeris di Tiongkok, Neil Heywood, tahun lalu.
Para pejabat kementerian luar negeri Kamboja mengatakan kepada wartawan bahwa Devilliers tidak akan dipulangkan baik ke Tiongkok maupun ke Prancis tanpa bukti bahwa ia telah melakukan tindak kejahatan.
Juru bicara Pemerintah Kamboja, Phay Siphan, hari Jumat menolak membicarakan hal itu, kecuali mengatakan bahwa Kamboja sangat berhati-hati dalam mengikuti prosedur terhadap kasus yang peka itu.
“Ini adalah soal hukum. Itulah sebabnya Kamboja memerlukan waktu lebih banyak untuk mengungkap apa yang terjadi. Untuk sementara ini, Devilliers masih di Kamboja,” tegasnya.
Sekarang, Kamboja mendapati diri terjerat dalam skandal politik terbesar Tiongkok. Heywood punya kaitan erat dengan Bo xilai yang dipecat sebagai ketua Partai Komunis di kota Chongqing. Tetapi, ikatan itu merenggang dan kematian Heywood mengakibatkan karir politik Bo tamat.
Tiongkok punya pengaruh besar atas Kamboja karena memberi hibah dan pinjaman ratusan juta dolar dengan syarat lunak.
Kamboja masih mengandalkan bantuan asing untuk menambah anggaran belanjanya, dan belakangan ini semakin beralih ke Tiongkok untuk mengurangi ketergantungannya pada negara-negara Barat.
Namun, para pengamat mengatakan, penahanan Devilliers menunjukkan bahwa kedermawanan Tiongkok punya kaitan.
Kepala Badan HAM Kamboja, Sou Virak, mengatakan, “Bantuan Tiongkok itu banyak kaitannya, meskipun dikatakan tidak ada kaitannya. Pemerintah Tiongkok bersedia membantu Kamboja dengan syarat tertentu, dan Kamboja cenderung menuruti keinginan Tiongkok.”
Tahun 2009 Kamboja dikecam luas karena memulangkan ke Tiongkok 20 warga Uighur pencari suaka. Hingga sekarang nasib mereka tidak diketahui.