Perubahan rezim di Rusia bukanlah tujuan NATO, terlepas dari invasi Moskow ke Ukraina. Demikian seperti diungkapkan oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Minggu (27/3), sehari setelah Presiden AS Joe Biden mencap Vladimir Putin sebagai “tukang jagal” yang “tidak bisa tetap berkuasa.”
Itu "bukan tujuan NATO, bukan pula tujuan presiden AS", kata Scholz kepada saluran televisi pemerintah Jerman, ARD.
"Saya memiliki kesempatan untuk berbicara panjang lebar dengannya di Gedung Putih dan kami juga telah mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan ini," tambahnya.
Gedung Putih bergerak cepat Sabtu untuk mengecilkan komentar Biden selama pidato berapi-api di Warsawa.
Setelah mengecam presiden Rusia sebagai "jagal" atas invasinya ke Ukraina, Biden mengatakan di akhir pidatonya: "Demi Tuhan, orang ini tidak bisa tetap berkuasa."
BACA JUGA: Rusia Ingatkan Barat: Tagihan Gas dalam Rubel Tinggal Menghitung Hari“Demokrasi, kebebasan dan keadilan memiliki masa depan di mana-mana,” kata Scholz pada hari Minggu.
“Tapi rakyat dan negara harus memperjuangkan kebebasan ini,” tambahnya.
Komentar Scholz itu disampaikan menyusul pernyataan sebelumnya, juga hari Minggu, oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron, di mana ia memperingatkan akan terjadinya "eskalasi" verbal dengan Putin. [lt/uh]