Wahid Redouane biasanya selalu menganggap Iduladha sebagai hari keberuntungan. Sebagai peternak, ia biasanya kebanjiran pesanan. Namun, tampaknya, hal itu tidak berlaku tahun ini.
Ia kesulitan memenuhi kebutuhan pangan ternaknya. Harga pakan, katanya, melambung tinggi, sementara kemarau yang berkepanjangan menyebabkan padang rumput mengering.
“Kurangnya rumput yang dapat dimanfaatkan untuk pangan domba memaksa kami untuk memberi mereka pakan ternak. Padahal, harga pakan tersebut sangat tinggi, dan sebagian peternak tidak mampu membelinya. Ternak yang kekurangan pangan sulit berkembang biak. Ini yang menyebabkan penurunan jumlah domba setiap tahunnya. Kadang-kadang, karena masalah ini, domba betina juga tidak dapat menyusui bayinya yang baru lahir," kata Redouane.
Redouane sejauh ini mampu mengatur kondisi pakan peternakannya sehingga ia masih memiliki domba-domba betina yang siap beranak pinak. Namun untuk itu, ia terpaksa membebankan sebagian biaya itu ke konsumen. Harga ternaknya tahun ini lebih mahal daripada tahun-tahun sebelumnya.
BACA JUGA: Sekjen PBB: Dunia Semakin Jauh dari Target Membatasi Pemanasan GlobalHarga pakan ternak meningkat secara bertahap dari Rp325.000 menjadi Rp750.000 per kuintal selama enam tahun terakhir.
“Akibat kekeringan, terkadang kami terpaksa menjual domba demi mendapatkan uang untuk membeli pakan ternak domba yang tersisa. Hal ini menyebabkan harga domba naik di pasaran. Kami menjual sejumlah domba untuk mengendalikan situasi dan untuk mempertahankan modal saja," imbuhnya.
Pemerintah sebetulnya sudah terbiasa mendukung para peternak dengan membagikan sebagian pakan ternak secara gratis. Sebelumnya, peternakan seperti yang dimiliki Redouane hanya menerima dua kantong pakan, tahun ini meningkat menjadi 30 kantong.
Meski demikian, kebanyakan peternak tidak melihat dukungan ini sebagai solusi ideal terhadap kekurangan pangan.
Di pasar lokal di Berrechid, domba kini dijual dengan harga tinggi. Harga domba Maroko per kilogramnya antara Rp120.000 hingga Rp135.000. Itu berarti harga rata-rata seekor domba tahun ini Rp1,6 juta hingga Rp2,4 juta lebih mahal dibandingkan dengan tahun lalu.
BACA JUGA: BMKG: 19% Zona Musim Masuki Musim Kemarau, Operasi Modifikasi Cuaca DimulaiPara pedagang ternak kini melirik ke Spanyol untuk bisa mendapatkan domba dengan harga lebih terjangkau. Lehcen Ziate, seorang pedagang domba di Berrechid, termasuk satu di antara mereka.
“Warga Maroko tidak bisa membeli domba Maroko karena harganya yang tinggi. Itu sebabnya mereka terpaksa membeli domba Spanyol karena harganya masuk akal dan bisa mencapai Rp110.000 per kilogram.”
Maroko telah mengimpor 600.000 ekor domba Spanyol sepanjang tahun ini, menurut Kementerian Pertanian.
Para ahli khawatir masalah ini akan bertambah buruk. Periode kekeringan berturut-turut akan terus berlanjut pada tahun-tahun mendatang, dan bukan tidak mungkin menempatkan Maroko dalam krisis ternak.
Mustapha Benramel, seorang pakar lingkungan hidup dan presiden LSM lingkungan hidup, Minarets Ecological Association for Development and Climate, menyarankan ini mungkin saat yang tepat bagi para peternak Maroko untuk mengembangkan budi daya ternak modern yang memungkinkan mereka mengadaptasi perubahan iklim [ab/uh]