Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengajak semua pihak semakin meningkatkan kewaspadaan menghadapi pandemi virus corona seiring dengan peningkatan kasus di Jawa Timur.
Di provinsi itu tercatat 26 orang dinyatakan positif terjangkit virus corona, 79 Pasien Dalam Pengawasan (PDP), serta 793 Orang Dalam Pemantauan (ODP).
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Sabtu (21/3) malam, meminta para kepala dusun, kepala desa, lurah dan aparat pemerintah lainnya bersama rukun warga (RW) dan rukun tetangga (RT) untuk mengajak warganya tetap di rumah dan membatasi kegiatan di luar rumah untuk mencegah penularan. Mereka juga diminta mengajak warganya untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
“Memastikan mereka berolahraga, memastikan mereka tinggal di rumah. Jangan melakukan sesuatu yang kemudian akhirnya menjadikan berisiko. Misalnya, ke tempat-tempat keramaian,” kata Khofifah Indar Parawansa.
Your browser doesn’t support HTML5
Kota Surabaya menjadi daerah merah dengan jumah pasien positif virus corona terbanyak, yaitu 20 orang. Daerah lain yang juga memiliki pasien positif, yakni Malang, Jember, Blitar, Magetan, dan Sidoarjo.
Khofifah juga minta tempat-tempat wisata dan hiburan malam, seperti night clubdan diskotek, yang menjadi tempat berkumpulnya banyak orang, segera ditutup. Hal itu untuk mengurangi penyebaran dan penularan virus corona.
BACA JUGA: Jatim Tambah Rumah Sakit dan Kerahkan Tim Khusus Cegah Penyebaran CoronaSementara itu, Direktur Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya, Joni Wahyuhadi menambahkan, adanya tenaga medis yang positif tertular virus corona menjadi perhatian serius.
Petugas medis termasuk kategori orang dengan risiko diri. Oleh karenanya, perlu diperhatikan persiapan sebelum mereka bersentuhan dengan pasien dalam pengawasan (PDP) dan pasien yang positif, untuk menghindari risiko penularan. Misalnya, dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar.
“Untuk di front liner harus pakai APD lengkap. APD lengkap itu kalau kita menangani pasien PDP. PDP itu kan tidak tahu positif (atau) negatif, tapi bergejala,” papar Joni.
Dia mengatakan beberapa petugas medis tertular karena saat kontak dengan pasien yang belum terkonfirmasi positif, tidak mengenakan ADP sesuai standar. [pr/em]