Kebuntuan militer antara India dan China telah memasuki tahun keempat. Meskipun ada pembicaraan antara menteri senior dan komandan militer kedua negara, hingga kini belum ada tanda-tanda penyelesaian atas perselisihan yang telah membawa hubungan ke titik terendah dalam enam dekade.
Analis mengatakan ketidakstabilan di perbatasan yang disengketakan sepanjang 3.500 kilometer itu tampaknya melebar karena titik-titik api baru telah muncul.
Pada bulan Desember tahun lalu, tentara dari kedua pihak bentrok di negara bagian Arunachal Pradesh di India Timur Laut, wilayah yang juga diklaim oleh China. Wilayah itu berjarak ribuan kilometer dari Ladakh di wilayah barat Himalaya di mana bentrokan mematikan pada tahun 2020 memicu kebuntuan saat ini.
Bulan lalu China mengganti nama 11 tempat dalam bahasa Mandarin di Arunachal Pradesh yang dirujuk sebagai Tibet Selatan. Ini adalah ketiga kalinya dalam enam tahun China mengeluarkan nama-nama baru untuk gunung, sungai, dan titik-titik lain di wilayah tersebut.
Sementara India menolak langkah tersebut, juru bicara kementerian luar negeri China, Mao Ning membela diri dengan mengatakan bahwa Zangram (Arunachal Pradesh) adalah bagian dari China dan menyebutkan tempat-tempat di wilayah itu “sepenuhnya berada dalam lingkup kedaulatan China.”
Penggantian nama-nama itu adalah taktik yang digunakan oleh China di kawasan lain Asia untuk memperkuat klaimnya atas wilayah yang disengketakan. China juga menggunakan taktik serupa dengan mengganti nama berbagai lokasi di Laut China Selatan dan Laut China Timur.
Ketidakstabilan di Himalaya itu menarik India ke dalam aliansi strategis yang lebih dekat dengan Amerika Serikat. Bulan depan, Perdana Menteri India Narendra Modi akan melawat ke Washington untuk kunjungan resmi yang menurut kementerian luar negeri India akan menggarisbawahi semakin pentingnya kemitraan strategis antara kedua negara. [lt/uh]