Kebuntuan Perundingan Amerika dengan Iran Ingatkan Hantu Perang Irak

Kompleks Kedutaan AS di Baghdad, 14 Desember 2011. (Foto: dok).

Presiden AS Donald Trump hari Kamis berbicara dengan Presiden Swiss Ueli Maurer di Gedung Putih dalam pertemuan tertutup, yang diyakini oleh banyak orang terkait dengan meningkatnya ketegangan antara Amerika dengan Iran.

Gedung Putih mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Presiden Trump menyatakan “terima kasih atas peran Swiss dalam memfasilitasi mediasi internasional dan hubungan diplomatik atas nama Amerika Serikat,” tetapi dia hanya memberikan sedikit rincian lainnya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengunjungi Jepang, sekutu AS, di mana dia menuduh Amerika Serikat “menambah eskalasi” ketegangan itu. Zlatica Hoke dari VOA melaporkan para anggota Kongres Amerika hari Kamis menyuarakan keprihatinan mereka tentang perselisihan dengan Iran.

Amerika Serikat telah mengerahkan kapal perang ke Teluk Persia, serta pesawat tempur dan pasukan ke negara-negara di kawasan itu. Presiden Trump telah memperingatkan Teheran agar tidak melakukan tindakan bermusuhan.

Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders tidak memberikan perincian tentang pertemuan Trump dengan mitranya dari Swiss itu, tetapi mengatakan presiden selalu sangat jelas mengenai pesannya untuk Iran.

Ia menambahkan, “Kami ingin melihat perubahan perilaku mereka. Kami akan melanjutkan tekanan maksimum dan seperti yang dikatakan oleh presiden, jika Iran mengambil tindakan, maka negara itu tidak akan menyukai apa yang dilakukan oleh presiden sebagai tanggapannya.”

Kevin McCarthy, pemimpin fraksi Republik di Dewan Perwakilan Amerika, mengatakan pemerintah memiliki bukti perilaku agresif Iran.

Dia memberikan beberapa contoh, “Kita melihat apa yang terjadi di Timur Tengah terhadap beberapa kapal tanker Arab Saudi. Kita tahu sekarang tentang pesawat nirawak yang menyerang saluran pipa di sana. Kita tahu retorika dari apa yang selama ini didengungkan oleh Iran, dan sekarang kita juga melihat pemerintah Iran berusaha menyingkirkan orang-orang Amerika dari Irak, dengan cara yang merugikan.”

Banyak orang Amerika ingat bahwa retorika serupa menyebabkan perang tahun 2003 di Irak. Bob Menendez, Senator Demokrat dari New Jersey, menuduh pemerintah menyembunyikan informasi penting.“Kita tidak membutuhkan lagi momen senjata pemusnah massal Irak, di mana kita secara salah dibawa terjun ke dalam kancah perang di Irak, yang merupakan salah satu kesalahan terbesar yang kita buat dalam kebijakan luar negeri. Jadi, kita tidak dapat membuat kebijakan luar negeri yang cerdas dan keputusan keamanan nasional yang baik tanpa informasi dan intelijen yang memberi tahu kita apa risikonya, berbagai penilaian tentang risiko itu, dan seberapa kuat semua penilaian itu," kata Snator Bob Menendez.

Sementara itu, ketua Fraksi Mayoritas DPR dan sekaligus ketua Dewan Perwakilan, Nancy Pelosi dari partai Demokrat, mengingatkan Presiden Trump bahwa dia dulu menentang perang di Irak.

“Salah satu hal yang saya setujui dengan presiden adalah bahwa kami berdua menentang perang di Irak, dan saya berharap bahwa sikap yang sama tetap dimilikinya, meskipun sebagian pendukungnya siap menghunus pedang,” kata Nancy Pelosi.

Menteri luar negeri Iran berada di Tokyo Kamis, di mana dia berjanji akan bekerja sama dengan Jepang untuk menjaga stabilitas di Teluk Persia. Dia mengatakan Teheran telah melakukan “pengekangan diri maksimum” sejak Amerika mundur dari perjanjian nuklir Iran. [uh]