Kehidupan di Palu Berangsur-angsur Pulih

Anggota tim SAR berdiri mengamati sebuah alat berat saat membersihkan puing-puing bangunan untuk melakukan pencarian korban pasca gempa bumi di kawasan Petobo, Palu, 5 Oktober 2018.

Di kota Palu yang baru dilanda bencana alam, para penyintas melaksanakan sholat Jumat, sepekan setelah gempa bumi dan tsunami melanda Sulawesi.

Gempa berkekuatan 7,5 dan tsunami besar yang menyertainya menewaskan lebih dari 1.500 orang, dengan banyak lagi yang diduga masih terkubur di dalam timbunan lumpur dan puing-puing bangunan dan rumah yang runtuh.

Sementara itu, provinsi Sulawesi Tengah telah mengambil langkah-langkah awal menuju pemulihan.

BACA JUGA: Solidaritas Berbagai Sektor Terus Mengalir ke Sulteng

Aliran listrik mulai pulih di beberapa bagian Palu, kota berpenduduk lebih dari 370 ribu orang yang paling parah terimbas bencana itu. Toko-toko telah dibuka kembali, jaringan telepon utama kembali beroperasi dan sejumlah penerbangan komersial diperkirakan akan mulai terbang keluar masuk bandara yang rusak di kota itu.

Sementara bantuan darurat perlahan-lahan tiba di Sulawesi, pihak berwenang mulai meningkatkan keamanan untuk mengakhiri penjarahan sporadis yang dilakukan warga yang kehabisan makanan dan air bersih.

BACA JUGA: Bantuan Amerika Serikat untuk Gempa Sulteng Capai Rp60 Miliar

Angka resmi korban tewas bertambah menjadi 1.558 pada Kamis malam (4/10), dengan 70 ribu orang lainnya mengungsi.

Gempa berkekuatan 7,5 itu memicu tsunami besar yang membuat banyak rumah dan gedung lainnya di Palu hancur menjadi puing. Jalan-jalan dan jembatan hanyut disapu air, memutuskan jalur transportasi setidaknya di tiga kabupaten sekitar Palu, yang total penduduknya lebih dari satu juta orang. [uh]