Indeks Kelaparan Global, yang diterbitkan setiap tahun, melaporkan bahwa kelaparan tetap merupakan masalah serius di seluruh dunia dalam laporan tahun 2012.
Indeks Kelaparan Global diterbitkan setiap tahun oleh Lembaga Penelitian Kebijakan Pangan Internasional (IFPRI), Kepedulian Global, dan badan swasta pembangunan Jerman, Welthungerhilfe.
Laporan itu menyebutkan tingkat kelaparan di 17 negara mengkhawatirkan, sementara tiga lainnya terdaftar sebagai sangat mengkhawatirkan, yaitu: Burundi, Eritrea, dan Haiti. Meski situasi di dua negara Afrika itu, laporan Indeks itu menyebutkan sub-Sahara Afrika telah membuat kemajuan dalam memberantas kelaparan dalam lima sampai sepuluh tahun terakhir. Asia Selatan, sebaliknya, membuat sedikit kemajuan dalam periode sama, meski dalam dekade 1990-an membuat kemajuan besar.
Claudia Ringer, Wakil Direktur Divisi Lingkungan dan Teknologi Produksi IFPRI dan sekaligus penyusun laporan Indeks Kelaparan Global 2012, mengatakan, “Tiga dimensi kelaparan, yaitu, kekurangan gizi, anak dengan berat badan kurang, dan kematian anak, diukur setara.”
Laporan Indeks juga mendaftar negara-negara yang telah membuat langkah hebat memberantas kelaparan.
“Negara-negara yang punya kinerja terbaik adalah Angola, Bangladesh, Ethiopia, Malawi, Nikaragua, Niger, dan Vietnam,” ujarnya lagi.
Ringer mengatakan laporan Indeks mengaitkan kelaparan dengan penggunaan tanah, air, dan energi yang tidak berkelanjutan.
“Alasan kedua isu itu saling terkait erat adalah kelompok miskin sangat tergantung pada sumber alam. Mereka cenderung menjadi petani, penggembala, nelayan, dan perempuan, yang secara langsung bekerja dengan menggunakan sumber-sumber tanah, air dan energi. Yang demikian, mereka khususnya merugi karena sumber-sumber alam ini semakin berkurang dan langka,” paparnya.
Ia mengatakan, pada saat bersamaan, mereka yang lapar cenderung hampir tidak punya hak atas lahan pertanian yang mereka garap, akses untuk mendapat air bersih, sanitasi dan bentuk-bentuk energi modern juga terbatas. Penyebab utama kelangkaan sumber alam, ujar Ringer, adalah pertambahan jumlah penduduk, pendapatan yang lebih tinggi dan tidak setara, kebijakan yang lemah, dan lembaga-lembaga yang lemah.
Indeks Kelaparan Global menyebutkan tanda-tanda kelangkaan sumber alam termasuk naiknya harga pangan sejak krisis pangan 2007/2008, bisnis tanah internasional yang menyasar negara-negara sub-Sahara Afrika, harga energi yang naik cepat, dan hilangnya keragaman hayati.
Laporan Indeks menyarankan mengamankan hak-hak tanah dan air bagi penduduk lokal, penghapusan subsidi air, energi dan pupuk yang tidak efisien, peningkatan teknologi pertanian dan pendidikan serta perbaikan layanan kesehatan bagi perempuan.
Laporan itu menyebutkan tingkat kelaparan di 17 negara mengkhawatirkan, sementara tiga lainnya terdaftar sebagai sangat mengkhawatirkan, yaitu: Burundi, Eritrea, dan Haiti. Meski situasi di dua negara Afrika itu, laporan Indeks itu menyebutkan sub-Sahara Afrika telah membuat kemajuan dalam memberantas kelaparan dalam lima sampai sepuluh tahun terakhir. Asia Selatan, sebaliknya, membuat sedikit kemajuan dalam periode sama, meski dalam dekade 1990-an membuat kemajuan besar.
Claudia Ringer, Wakil Direktur Divisi Lingkungan dan Teknologi Produksi IFPRI dan sekaligus penyusun laporan Indeks Kelaparan Global 2012, mengatakan, “Tiga dimensi kelaparan, yaitu, kekurangan gizi, anak dengan berat badan kurang, dan kematian anak, diukur setara.”
Laporan Indeks juga mendaftar negara-negara yang telah membuat langkah hebat memberantas kelaparan.
“Negara-negara yang punya kinerja terbaik adalah Angola, Bangladesh, Ethiopia, Malawi, Nikaragua, Niger, dan Vietnam,” ujarnya lagi.
Ringer mengatakan laporan Indeks mengaitkan kelaparan dengan penggunaan tanah, air, dan energi yang tidak berkelanjutan.
“Alasan kedua isu itu saling terkait erat adalah kelompok miskin sangat tergantung pada sumber alam. Mereka cenderung menjadi petani, penggembala, nelayan, dan perempuan, yang secara langsung bekerja dengan menggunakan sumber-sumber tanah, air dan energi. Yang demikian, mereka khususnya merugi karena sumber-sumber alam ini semakin berkurang dan langka,” paparnya.
Ia mengatakan, pada saat bersamaan, mereka yang lapar cenderung hampir tidak punya hak atas lahan pertanian yang mereka garap, akses untuk mendapat air bersih, sanitasi dan bentuk-bentuk energi modern juga terbatas. Penyebab utama kelangkaan sumber alam, ujar Ringer, adalah pertambahan jumlah penduduk, pendapatan yang lebih tinggi dan tidak setara, kebijakan yang lemah, dan lembaga-lembaga yang lemah.
Indeks Kelaparan Global menyebutkan tanda-tanda kelangkaan sumber alam termasuk naiknya harga pangan sejak krisis pangan 2007/2008, bisnis tanah internasional yang menyasar negara-negara sub-Sahara Afrika, harga energi yang naik cepat, dan hilangnya keragaman hayati.
Laporan Indeks menyarankan mengamankan hak-hak tanah dan air bagi penduduk lokal, penghapusan subsidi air, energi dan pupuk yang tidak efisien, peningkatan teknologi pertanian dan pendidikan serta perbaikan layanan kesehatan bagi perempuan.