Terdakwa kasus penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama menangis saat membacakan nota keberatan (eksepsi) atas dakwaan jaksa penuntut umum. Ahok saat menjalani sidang perdana kasus penodaan agama di Pengadilan Negeri Jakarta Utara Jalan Gajah Mada Jakarta Selasa (13/12) tak kuasa menahan tangis saat bercerita tentang kedekatannya dengan keluarga angkatnya yang Muslim.
Adik kandung Ahok Fifi Lety Indra kepada wartawan usai persidangan mengaku sangat mengerti tangis haru Ahok saat membacakan nota keberatan. Menurut Fifi, kakak kandungnya itu terharu lantaran teringat pesan ayah kandung dan ayah angkatnya yang bernama Andi Baso Amir yang merupakan Muslim yang taat.
"Dia bilang kalian itu dibesarkan untuk bangsa ini. Itu pesan almarhum bapak saya. Kami ini mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk membangun negeri ini. Karena kami ini juga orang Indonesia. Dan sayang sekali, hanya karena kami lahir dari suku dan agama yang berbeda dipolitisir seperti ini," kata Fifi.
Ahok punya kekerabatan angkat dengan keluarga Andi Baso Amir, salah satu keluarga muslim. Baso Amir telah lama wafat sejak 1990. Anggota keluarga Andi Baso Amir yang masih aktif berhubungan dengan Ahok adalah anak tertuanya, Andi Analta Amir (53). Fifi mengisahkan, sejak kecil ia dan Ahok selalu diajar untuk saling menghargai sesama meski beda agama.
"Dari kecil sampai hari ini, coba bayangkan, bisa ga kita pilih mau lahir sebagai suku bangsa apa? Ga bisa kan. Kita lahir di keluarga apa, ga bisa pilih juga. Nah sementara ini kita lahir di Indonesia dengan Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. Dan sejak kecil kita diajarkan untuk saling menghormati dan menghargai sesama kita meski beda agama. Dan itu papa saya selalu ngajarin kita itu saudara kamu. Jadi kami tahunya kami itu bukan minoritas. Kami tau nya kak Ala (Andi Analta Amir) dan om Andi Baso itu bapak angkat kami. Kami tidak pernah melihat suku lain agama lain itu sebagai orang lain. Kami menganggap itu saudara," tambah Fifi.
Fifi mengaku tidak percaya jika Ahok melakukan penodaan terhadap agama Islam.
"Pak Ahok itu dibesarkan di tengah-tengah keluarga Muslim. Kita punya saudara angkat dari almarhum bapak yang juga orang Muslim. Jadi sangat tidak mungkin kalau dia menista dan menodai agama Islam. Sama aja kan dia menodai almarhum orang tua angkat dia sendiri. Dan saudara angkat dia sendiri," imbuhnya lagi.
Your browser doesn’t support HTML5
Penodaan terhadap agama Islam seperti yang dituduhan kepada Ahok menurut Fifi sangat tidak masuk akal. Fifi mengisahkan, sistim kekerabatan di kampung halamannya Belitung Timur yang mayoritas Muslim, sangat kuat.
Selanjutnya, ia mengatakan, "Apalagi kami dibesarkan dari kecil sampai besar dengan banyak sekali saudara-saudara dan teman-teman yang beragama Muslim. Dan di kampung saya itu kalau kita takbiran bisa bareng-bareng. Bisa ikut pukul bedug. Ikut merayakan Idul Fitri. Antar mengantar makanan gitu. Dan dengan tetangga-tetangga itu sangat dekat. Kekeluargaannya itu sangat kuat-lah. Bahkan itu dimulai dari kakek saya almarhum gitu."
Menurut Fifi, apabila Ahok sengaja menodakan agama Islam sama saja dengan bunuh diri. Karena menurutnya mantan Bupati Belitung Timur itu tengah mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI yang mayoritas warganya beragama Islam. Fifi melihat ada nuansa politik yang kental dalam kasus ini.
"Bayangkan hanya demi kepentingan politik tertentu, semua itu dikorbankan. Sayang sekali.. logikanya juga ga masuk akal. Ahok itu orang bodoh atau orang pinter? Pinter kan? Ga mungkin kan, dia lagi mau calon jadi gubernur DKI, mayoritas hampir 100% (Islam). Orang Pulau Seribu itu agamanya Muslim, apa ga bunuh diri menghina Al Qur’an ? apa ga bunuh diri menghina agamanya (Islam) ? Ga masuk akal. Jangan dipolitisir kayak gini. Ga fair!" tegas Fifi. [aw/em]