Kemenangan atas ISIS di Irak Masih Rapuh

Pemandangan kota Mosul, Irak, 14 Februari 2018.

Dari pos terpencil mereka di pinggir paling barat Irak, Letnan tentara Amerika Kyle Hagerty dan pasukannya menyaksikan kaum sipil lambat laun memasuki daerah itu setelah pasukan Irak dan Amerika menghalau ISIS dari sana. Ia yakin kaum sipil tersebut adalah keluarga yang pulang ke kampung halaman mereka yang telah dibebaskan, satu tanda harapan meningkatnya kestabilan.

Tetapi ketika ia mewawancarai penduduk sipil tersebut dalam patrol pemantauan baru-baru ini, ia mendapati ia salah. Kaum sipil itu adalah keluarga-keluarga yang mencari penampungan setelah diusir dari rumah mereka di kota di dekatnya. Orang-orang yang mengusir mereka adalah pasukan dari antara "pembebas" mereka, yakni, milisi Syiah yang merebut daerah itu setelah mengalahkan militan ISIS.

Itulah satu tanda yang pahit dari campuran hasil intervensi Amerika di Irak untuk membantu mengalahkan militan itu. Kekuatan persenjataan militer yang didukung Amerika meruntuhkan kekhalifahan ISIS, tetapi banyak perpecahan dan masalah yang turut menimbulkan kebangkitan ekstrimis tetap tidak terpecahkan.

Koalisi yang dipimpin Amerika, yang meluncurkan perang melawan ISIS bulan Augustus tahun 2014, sekarang mengurangi jumlah pasukan Amerika di Irak, setelah Baghdad menyatakan kemenangan atas ekstrimis bulan Desember. Baik pejabat Irak maupun Amerika mengatakan jumlah yang pasti pengurangan pasukan belum ditentukan.

Komandan Amerika dan Irak di Irak barat memperingatkan bahwa kemenangan atas ISIS dapat dirongrong dengan mudah oleh penarikan besar-besaran pasukan. Tentara Irak masih bergantung pada dukungan Amerika. Banyak masyarakat minoritas di dalam Irak memandang kehadiran Amerika sebagai pelindung terhadap pemerintah pusat yang didominasi Syiah. Namun, milisi yang didukung Iran yang mempunyai suara yang kuat di Baghdad mendorong penarikan pasukan Amerika sama sekali. Dan sebagian warga Irak menyebut kehadiran Amerika sedikitpun seperti bentuk pendudukan.

Para komandan koalisi masih bekerja dengan pasukan Irak untuk mengembangkan rencana jangka panjang untuk kestabilan biarpun sementara pengurangan pasukan terus berjalan dan tidak ada yang mengetahui dengan pasti berapa besar pasukan yang tersisa kelak. [gp]