Kerap Resahkan Warga, Seekor Buaya Ditangkap BKSDA  

Buaya di sungai Batang Bayang, Pasaman Barat, Sumatera Barat. (Foto: Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam, Resor Pasaman)

Beberapa buaya muara kerap membuat resah warga yang bermukim di tepi sungai Batang Bayang Teluk Ambu, Sumatera Barat. Warga melaporkan keberadaan buaya tersebut ke BKSDA Resor Pasaman yang kemudian menangkap seekor di antaranya.

Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Pasaman, menangkap seekor buaya di sungai Batang Bayang Teluk Ambu, Nagari Ujung Gading, Kecamatan Lembah Malintang, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat. Penangkapan itu dilakukan setelah BKSDA Resor Pasaman mendapat informasi dari masyarakat yang kerap resah karena kemunculan lima ekor buaya di tempat warga beraktivitas.

Kepala BKSDA Resor Pasaman, Rully Permana mengatakan kepada VOA, sebelum melakukan penangkapan pada Rabu (17/10) sekitar pukul 15.00 WIB, pihaknya terlebih dahulu melakukan pemasangan plang informasi di titik yang diidentifikasi sebagai habitat buaya itu.

“Ketika teman-teman sedang memasang papan larangan tersebut, kebetulan buaya yang diinformasikan sering melintas di sungai itu muncul. Akhirnya, atas permintaan masyarakat serta untuk memberikan rasa aman, tim melakukan pemancingan, dan kita lakukan penangkapan. Lalu, kita bawa keluar dari sungai itu,” kata Rully, Kamis (18/10).

Rully membantah buaya-buaya itu keluar dari habitat mereka sebagai imbas banjir yang melanda sebagian Pasaman Barat pekan lalu. Menurutnya lokasi aktivitas warga merupakan habitat reptil bertubuh besar itu. Namun, masyarakat belum memahami cara hidup berdampingan dengan buaya. Sejauh ini tidak ada laporan mengenai gangguan maupun korban buaya jenis muara itu.

Penangkapan buaya oleh BKSDA Resor Pasaman. (Foto: Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam, Resor Pasaman)

“Laporan dari masyarakat yang diserang buaya belum ada. Kita cuma memberikan pemahaman. Kemarin situasi di lapangan sangat ramai dan perangkat desa juga memohon agar dilakukan pemindahan. Artinya dari segi konservasinya, itu habitat. Ya tidak dilakukan pemindahan. Tapi karena untuk menjamin keamanan masyarakat, akhirnya kita pindahkan satu ekor,” ungkap Rully.

Buaya dengan panjang sekitar 2,7 meter itu saat ini sudah diamankan dan dibawa ke tempat penangkaran di Taman Kota, Pasaman Barat Padang Tujuh. Buata tersebut nantinya akan dilepasliarkan di habitatnya yang baru, yang jauh dari permukiman masyarakat. Untuk menjamin keamanan masyarakat, BKSDA Resor Pasaman sudah menandai habitat empat hingga lima ekor buaya yang tersisa. Pemberitahuan ditempatkan di lokasi-lokasi warga beraktivitas. Warga kerap menggunakan sungai tersebut untuk mandi atau sekadar mencuci pakaian.

“Untuk menjamin rasa aman, kita anjurkan pemasangan jaring 50 meter ke hulu dan hilir dari tempat aktivitas masyarakat. Itu salah satu upaya untuk menghambat gerak satwa tersebut dan memberikan rasa aman bagi masyarakat. Itu solusi terbaik. Tidak mungkin kita untuk memberikan rasa aman, memindahkan semua buaya itu. Buaya juga punya kontribusi bagi ekosistem,” jelas Rully.

Sementara itu Rizki Syahputra, warga Nagari Ujung Gading, mengatakan, buaya-buaya itu kerap muncul dan meresahkan masyarakat sekitarnya, terutama kaum ibu yang memanfaatkan tepi sungai Batang Bayang sebagai tempat mencuci dan tempat mandi anak-anak .

“Banyak aktivitas yang dilakukan warga di tepi sungai. Sampai sekarang masih banyak yang mencuci di situ. Mereka tidak terlalu takut tapi cemas saja. Mana tahu nanti membahayakan seperti itu. Menurut cerita masyarakat, buaya ini berjumlah lima ekor. Tiga ekor sekaligus pernah muncul. Kemudian, yang dua ekor tidak pernah kelihatan. Buaya yang ditangkap pakai tali tidak ada disakiti,” tandas Rizki. [aa/uh]