Dengan pernyataan Menteri Pertahanan baru ultranasionalis Israel, Avigdor Lieberman yang mengatakan, dia mendukung solusi dua negara, para pengamat mengatakan, pertemuan tingkat menteri di Paris untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina akhir pekan ini, mungkin mendorong Israel untuk mengadakan sedikit kompromi supaya proses perdamaian bisa berjalan kembali, meskipun harapan untuk terobosan tetap rendah.
Meningkatnya kekerasan antara Israel dan Palestina baru-baru ini menunjukkan, konflik telah menjadi status quo bagi kedua belah pihak.
Lebih dari dua tahun setelah gagalnya pembicaraan damai, Menlu AS, John Kerry masih mengharapkan adanya solusi yang langgeng.
"Saya akan bekerja dengan Perancis dan Mesir. Saya akan bekerja dengan masyarakat Arab. Saya akan bekerja dengan komunitas global dengan itikad baik dalam upaya melihat apakah kita dapat menemukan cara untuk membantu pihak-pihak kembali ke meja perundingan dan akhirnya mencapai kesepakatan akhir yang memenuhi kebutuhan semua pihak, dan juga kebutuhan wilayah," ujar Kerry.
Sambil memperingatkan bahwa para menteri jangan terlalu berharap, para pengamat mengatakan perkembangan terbaru ini mungkin akan menggerakkan proses perdamaian.
"Mungkin Israel akan tergerak untuk menyetujui gagasan semacam itu, tetapi kemungkinan adanya terobosan besar, dalam proses perdamaian masih cukup rendah," kata pengamat Natan Sachs dari Brookings Institution
Pertemuan Paris tanpa hadirnya Israel atau Palestina, diharapkan untuk membuka jalan bagi konferensi internasional yang akan mengatur parameter baru untuk merundingkan sebuah negara Palestina yang berdampingan dengan Israel. [ps/ii]