Bencana itu datang Sabtu malam pekan lalu (22/12), sekitar pukul 21.30, ketika banyak wisatawan tengah menikmati libur panjang menjelang Natal. Tsunami akibat letusan Gunung Anak Krakatau menghantam ujung barat Pulau Jawa dan selatan Sumatera. Gelombang setinggi empat meter merangsek ke daratan tanpa diawali gempa.
Salah satu daerah yang dihantam tsunami itu adalah kawasan wisata Tanjung Lesung yang terletak di Kabupaten Pandeglang. Hingga Senin hari ini, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), korban meninggal akibat tsunami berjumlah 373 orang, 1.459 orang cedera, 128 orang hilang, dan 5.665 orang mengungsi.
Dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (24/12), pendiri sekaligus Direktur PT Jababeka Group Setyono Djuandi Darmono mengatakan pihaknya membutuhkan dana sekitar Rp 150 miliar untuk membangun kembali hotel-hotel yang rusak di kawasan Tanjung Lesung.
BACA JUGA: Masyarakat Internasional Nyatakan Siap Bantu IndonesiaDia menambahkan terdapat lima hotel di Tanjung Lesung yang dikelola oleh PT Banten West Java Tourism Development Center (TDC), anak usaha dari PT Jababeka Group dengan total 250 kamar. Sekitar 30 persen dari kelima hotel itu mengalami rusak berat dan 70 persen lainnya dalam tahap perbaikan dan pembersihan.
Darmono mengatakan total kerugian sementara itu bisa ditutupi dari klaim asuransi.
"Kalau itu mesti dibangun kembali gedung-gedung (hotel) semua, barangkali perlu Rp 150 miliar. Kalau mau dibangun ulang semuanya. Kita perkirakan yang bisa kita klaim itu cukup bisa untuk membangun kembali," ujarnya.
Ketika tsunami menyapu pesisir Banten Sabtu malam pekan lalu itu, lanjut Darmono, ada lebih dari 250 tamu dari Perusahaan Listrik negara (PLN), 60 orang dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta tamu-tamu lain menginap di kawasan Tanjung Lesung.
Darmono menambahkan berkat kerjasama dengan pemerintah pusat, provinsi, dan daerah, pihaknya segera melakukan evakuasi korban. PT West Jawa TDC juga mengirim makanan, obat-obatan, dokter, dan perawat sehingga semalam semua jenazah sudah selesai dievakuasi dan diidentifikasi, lalu dibawa ke keluarga masing-masing. Sedangkan korban luka dilarikan ke rumah sakit.
Meski begitu, pencarian terhadap korban hilang masih terus dilanjutkan. PT Jababeka juga mengerahkan seluruh anak usahanya untuk membantu korban tsunami. Dia mengungkapkan banyak tamu yang selamat di Tanjung Lesung karena menginap di kamar-kamar yang terbuat dari kontainer.
Darmono berharap hotel-hotel di kawasan Tanjung Lesung bisa beroperasi lagi pada 1 Januari 2019 karena banyak tamu yang sudah memesan untuk merayakan malam pergantian tahun.
Menurutnya setelah studi kelayakan rampung pada 1991, maka dimulailah pembangunan di Tanjung Lesung, seluas 1.500 hektare, dan kemudian dikelola oleh PT Banten West Jawa TDC. Hotel pertama di sana selesai dibangun pada 1997.
Karena terjadi krisis moneter pada 199, lanjutnya , rencana pembangunan jalan tol menuju Tanjung Lesung tertunda. Pada 2012, Tanjung Lesung mendapat status Kawasan Ekonomi Khusus dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Februari 2015.
Darmono menambahkan Presiden Joko Widodo ketika itu menjanjikan jalan tol menuju Tanjung Lesung akan selesai dalam tiga tahun, dari Serang sampai Panimbang. Selain jalan tol, juga direncanakan pembangunan bandar udara internasional, pelabuhan marina, dan segala macam atraksi dibutuhkan.
Dia sangat mengharapkan pembangunan infrastruktur segera dikebut untuk menunjang Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, yakni jalan tol, bandar udara, pelabuhan, dan jalur kereta.
Direktur Utama PT Banten West Java TDC Purnomo Siswo Prasetyo mengatakan pihaknya menerima laporan adanya tsunami pada jam sepuluh malam dan listrik langsung padam sehingga komunikasi terganggu. Sejak malam kejadian, pihaknya membantu proses evakuasi dan menurunkan tim medis ke balai pengobatan terdekat di Kampung Cikadu, Pandeglang.
Di Tanjung Lesung tambahnya sudah disiapkan jalur-jalur mitigasi bencana. Kemudian PT West Jawa TDC juga sudah melatih para karyawannya untuk menghadapi bencana gempa dan tsunami.
Namun Purnomo mengakui situasi saat malam kejadian tidak dapat diprediksi dan tsunami datang dengan cepat.
"Jadi suasananya sangat tenang, cerah, setelah itu baru terjadi hujan lebat. Jadi memang (kejadiannya) sangat cepat sekali, sehingga apa yang sudah dilatih mungkin tidak sempat dikerjakan dengan cepat pada waktu mitigasi," kata Purnomo.
Ketua Tidar Heritage Foundation Komaruddin Hidayat mengungkapkan Indonesia merupakan negara paling banyak memiliki gunung berapi di dunia. Fakta inilah yang menggaet banyak pelancong asing untuk berkunjung.
Pelancong asing kata Komaruddin tertarik untuk datang ke Tanjung lesung karena ingin melihat Gunung Anak Krakatau.
"Krakatau itu sangat terkenal di dunia. Nah, Tanjung Lesung itu pintu masuk ke Krakatau, makanya banyak orang ke sana itu tertarik. Hanya risikonya yaitu sekali-sekali batuk atau apa. Dari para ahli sesungguhnya punya optimisme (hal) itu bisa ditanggulangi," ungkap Komaruddin.
Direktur Eksekutif PATA (Pacific Asia Travel Association) Indonesia Agus Kani mengatakan pihaknya menggandeng Tidar Heritage Foundation untuk menggalang dana buat membantu para korban tsunami di pesisir Banten. Meski dihantam tsunami, dia mengatakan PATA Indonesia akan tetap mempromosikan kawasan Tanjung Lesung sebagai satu dari sepuluh tujuan wisata favorit di Indonesia.
BNPB menyebutkan tsunami juga mengakibatkan 681 rumah, 69 hotel dan vila, 420 perahu dan kapal, 60 warung, serta puluhan kendaraan rusak. Tsunami melanda dua kabupaten di Provinsi Banten, yakni Pandeglang dan Serang, serta tiga kabupaten di Provinsi Lampung, yaitu Lampung Selatan, Tanggamus, dan Pesawaran.
Menurut BNPB, jumlah korban paling banyak dan daerah terdampak paling parah adalah daerah pesisir di Kabupaten Pandeglang. Sebab wilayah ini merupakan kawasan wisata dengan hotel dan vila yang berjejer di sepanjang pantai. Apalagi saat kejadian tsunami, sedang libur panjang sehingga banyak wisatawan yang menginap di sana.
BNPB menegaskan tidak adanya peringatan dini tsunami juga menyebabkan besarnya jumlah korban karena masyarakat tidak memiliki cukup waktu untuk menyelamatkan diri. [fw/em]