Hakim-hakim agung di AS bahkan tidak menggunakan email, sebuah tantangan dengan akan munculnya banyak kasus baru terkait teknologi dan pengintaian elektronik.
Hakim Agung Elena Kagan mengatakan ia dan kolega-koleganya di Mahkamah Agung bukan kelompok yang melek teknologi dan masih berkomunikasi satu sama lain dengan cara sama yang mereka lakukan sejak ia menjadi juru tulis pada 1987, yaitu dengan pena dan kertas.
Ketika tampil dalam sebuah acara di Providence Selasa (20/8), Kagan mengakui bahwa hakim-hakim agung banyak yang belum memahami teknologi seperti Facebook, Twitter dan bahkan surat elektronik (email).
“Ini merupakan tantangan bagi kami,” ujar Kagan yang mengatakan ia menggunakan email dan membaca blog di Internet.
Elena Kagan, 53, ditunjuk Presiden AS Barack Obama sebagai Ketua Mahkamah Agung pada 2010. Sebelumnya, ia bekerja sebagai jaksa agung muda dan dekan Fakultas Hukum Universitas Harvard. Ia adalah hakim Mahkamah Agung termuda yang ditunjuk duduk di mahkamah itu.
Ketika ditanya apakah hakim-hakim agung mengirim email satu sama lain, Kagan mengatakan semua masih sama seperti ketika ia menjadi juru tulis mendiang Menteri Kehakiman Thurgood Mashall 30 tahun lalu. Ia mengatakan menulis memo yang kemudian dicetak pada kertas kuning gading yang tampaknya seperti berasal dari abad ke-19. Memo itu dikirim ke berbagai bagian di Mahkamah Agung oleh petugas yang disebut “chamber’s aide”.
“Orang-orang yang duduk di MA bukanlah orang yang paling canggih dalam teknologi,” ujar Kagan.
“Walaupun juru tulis saling mengirim email, hakim-hakim Mahkamah Agung belum melakukan hal itu.”
Pada Selasa, Kagan tampil bersama Ted Widmer – sejarawan dan pustakawan di Brown University yang juga asisten keluarga Clinton. Acara ini merupakan bagian dari perayaan piagam kolonial Rhode Island yang ke-350 dan diselenggarakan oleh Gubernur Lincoln Chafee serta disponsori oleh Roger Williams University School of Law.
Kagan mengatakan sulit memperkirakan kasus-kasus yang akan dibahas Mahkamah Agung di masa depan, tetapi mengatakan ia memperkirakan isu-isu baru terkait privasi, teknologi baru dan pengintaian elektronik.
“Saya kira kami harus berpikir keras tentang hal ini,” ujar Kagan. (VOA/Michelle R. Smith)
Ketika tampil dalam sebuah acara di Providence Selasa (20/8), Kagan mengakui bahwa hakim-hakim agung banyak yang belum memahami teknologi seperti Facebook, Twitter dan bahkan surat elektronik (email).
“Ini merupakan tantangan bagi kami,” ujar Kagan yang mengatakan ia menggunakan email dan membaca blog di Internet.
Elena Kagan, 53, ditunjuk Presiden AS Barack Obama sebagai Ketua Mahkamah Agung pada 2010. Sebelumnya, ia bekerja sebagai jaksa agung muda dan dekan Fakultas Hukum Universitas Harvard. Ia adalah hakim Mahkamah Agung termuda yang ditunjuk duduk di mahkamah itu.
Ketika ditanya apakah hakim-hakim agung mengirim email satu sama lain, Kagan mengatakan semua masih sama seperti ketika ia menjadi juru tulis mendiang Menteri Kehakiman Thurgood Mashall 30 tahun lalu. Ia mengatakan menulis memo yang kemudian dicetak pada kertas kuning gading yang tampaknya seperti berasal dari abad ke-19. Memo itu dikirim ke berbagai bagian di Mahkamah Agung oleh petugas yang disebut “chamber’s aide”.
“Orang-orang yang duduk di MA bukanlah orang yang paling canggih dalam teknologi,” ujar Kagan.
“Walaupun juru tulis saling mengirim email, hakim-hakim Mahkamah Agung belum melakukan hal itu.”
Pada Selasa, Kagan tampil bersama Ted Widmer – sejarawan dan pustakawan di Brown University yang juga asisten keluarga Clinton. Acara ini merupakan bagian dari perayaan piagam kolonial Rhode Island yang ke-350 dan diselenggarakan oleh Gubernur Lincoln Chafee serta disponsori oleh Roger Williams University School of Law.
Kagan mengatakan sulit memperkirakan kasus-kasus yang akan dibahas Mahkamah Agung di masa depan, tetapi mengatakan ia memperkirakan isu-isu baru terkait privasi, teknologi baru dan pengintaian elektronik.
“Saya kira kami harus berpikir keras tentang hal ini,” ujar Kagan. (VOA/Michelle R. Smith)