Suriah dapat menghadapi wabah penyakit berbahaya setelah diguncang gempa dahsyat minggu lalu, apabila ratusan ribu orang yang mengungsi tidak segera mendapatkan tempat tinggal permanen, kata ketua Palang Merah dunia hari Kamis (16/2).
Jagan Chapagain, sekretaris jenderal Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, mengatakan bahwa keluarga-keluarga yang tinggal di tempat-tempat penampungan darurat tanpa sistem penghangat ruang yang memadai, sangat membutuhkan akomodasi permanen.
“Mereka masih tinggal dalam kondisi yang sangat seadanya di ruang-ruang sekolah yang sangat, sangat dingin,” katanya kepada kantor berita Associated Press.
“Jika ini terus berlangsung dalam waktu yang lama, maka akan ada konsekuensi kesehatan,” tambah Chapagain.
Ia menyampaikan itu setelah kembali dari Aleppo, kota terbesar Suriah yang selama bertahun-tahun menghadapi pertempuran terburuk dalam perang suadara yang terus berlangsung.
Aleppo juga dilanda wabah kolera pada akhir 2022.
Your browser doesn’t support HTML5
Dampak gempa bumi terhadap akses ke perumahan, air bersih, bahan bakar dan infrastruktur lainnya dapat membuat wabah lain “mungkin terjadi,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa bencana itu juga telah merusak kesehatan jiwa warga Suriah.
Gempa berkekuatan 7,8 yang mengguncang Turki dan Suriah lebih dari sepekan lalu juga menghancurkan bagian-bagian negara yang dilanda perang itu, baik di wilayah barat laut yang dikuasai pemberontak, maupun di wilayah terdekat yang dikuasai pemerintah.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi memperkirakan bahwa 5,3 juta warga Suriah yang terdampak gempa dapat berakhir menjadi tunawisma jika tempat tinggal dan bantuan yang layak tidak tersedia. [rd/ka]