Perang di Gaza tak terhindarkan hari Sabtu (7/10) setelah pasukan Hamas dan Jihad Islam menyerbu ke wilayah Israel. Hingga kini, lebih dari 600 warga Israel tewas dan dua ribuan lainnya cedera. Sementara serangan udara balasan Israel ke Gaza sampai hari ini telah menewaskan 313 warga Palestina dan melukai lebih dari dua ribu lainnya.
Dalam keterangan tertulis yang dilansir pada Minggu (8/10), juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, mengatakan Indonesia prihatin atas meningkatnya konflik antara Palestina dan Israel. Indonesia mendesak agar kekerasan segera dihentikan untuk menghindari makin bertambahnya korban tewas dan luka. Ditambahkannya, akar dari konflik tersebut adalah pendudukan wilayah Palestina oleh Israel yang harus diselesaikan sesuai parameter yang sudah disepakati oleh PBB.
Lalu Muhammad Iqbal memastikan hingga saat ini tidak ada warga Indonesia di Jalur Gaza yang menjadi korban. Menurut catatan resmi ada 13 warga Indonesia yang menetap di wilayah seluas 360 kilometer persegi itu.
Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amman-Yordania, KBRI Kairo-Mesir, dan KBRI Beirut-Lebanon terus memantau situasi warga Indonesia yang bermukim di Gaza.
MUI: Serangan Hamas Akibat Akumulasi Kejahatan Israel terhadap Palestina
Menanggapi perang yang meletup sejak kemarin, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sudarnoto Abdul Hakim menilai, hal itu terjadi akibat akumulasi kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina, salah satunya provokasi yang dilakukan warga Israel di Masjid Al-Aqsa yang memicu kemarahan warga Palestina, terutama Hamas.
"Apa yang dilakukan oleh Hamas ini adalah bagian dari bagaimana cara perlawanan yang dilakukan oleh Hamas untuk melindung Al-Aqsa, untuk melindungi Palestina secara umum. Ini memang serangan yang cukup besar (oleh Hamas) dalam waktu yang panjang dan belum pernah terjadi," kata Sudarnoto.
BACA JUGA: 5 Hal tentang Serangan Mematikan Hamas terhadap IsraelDiwawancarai secara terpisah, pengamat Timur Tengah di Universitas Indonesia, Yon Machmudi, mengatakan serangan Hamas ke Israel kemarin memang tidak terduga dan menunjukkan kelemahan sistem keamanan dan pertahanan yang selama ini dibanggakan Israel.
"Ini kayaknya seperti akumulasi, sudah dipersiapkan oleh Hamas. Sistem keamanan Israel tidak memperhitungkan itu, tiba-tiba (Hamas) melakukan serangan dan serangannya di wilayah pendudukan berbatasan dengan Gaza," ujarnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Serbuan mengejutkan itu, tambahnya, merupakan pukulan yang sangat besar bagi Israel. Apalagi Israel sedang menghadapi gelombang protes besar-besaran berkaitan dengan perombakan sistem hukum.
Lebih jauh Yon menilai perkembangan saat ini sedianya menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk segera melakukan pembicaraan dengan negara-negara berpengaruh, seperti Turki, Arab Saudi, dan Yordania yang memang dekat secara geografis dengan Palestina dan memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Hal ini penting agar mereka dapat menekan Israel untuk segera memulai perundingan kembali dengan Palestina. [fw/em]