Komite Konvensi Rakyat menetapkan tujuh calon presiden untuk Pemilu 2014 dari beragam latar belakang. Mulai dari mantan menteri, akademisi hingga mantan aktivis yang pernah ditahan semasa rezim Soeharto.
Menjelang pemilihan umum 2014 mendatang, beberapa tokoh partai politik maupun non partai menyatakan diri maju sebagai calon presiden. Sementara itu, beberapa kalangan non parpol membentuk sebuah Konvensi Rakyat Calon Presiden 2014 untuk menjaring capres alternatif.
Ketua Komite Konvensi Rakyat Salahuddin Wahid alias Gus Solah di Jakarta menjelaskan, dari 25 orang Konvensi menjaring tujuh calon presiden untuk Pemilu 2014. Ketujuh capres yang terjaring itu menurut Gus Solah berasal dari beragam latar belakang. Mulai dari mantan menteri, akademisi hingga mantan aktivis yang pernah ditahan semasa rezim Soeharto.
“Pertama Anni Iwasaki, seorang penulis tinggal di Jepang. Lalu Isran Noor, Bupati Kutai Timur. Ketiga, Ricky Sutanto seorang pengusaha. Lalu Rizal Ramli mantan Mentero Koordinator bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan era Presiden Gus Dur. Lalu Sofjan Saury Siregar Rektor University of Europe Rotterdam Nederland. Keenam, Tony Ardie mantan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Jakarta 1978-1979 pernah ditahan semasa rezim Soeharto. Dan yang terakhir adalah Yusril Ihza Mahendra mantan Menteri Hukum dan Perundang-undangan era Presiden Gus Dur, mantan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia era Presiden Megawati dan mantan Menteri Sekretaris Negara semasa Presiden SBY,” jelas Gus Solah.
Ketujuh kandidat itu, tambah Gus Solah, akan diberi kesempatan untuk menyampaikan visi dan misinya kepada rakyat di enam kota. Selain itu, mereka juga dapat menarik perhatian rakyat melalui debat kandidat yang akan dilaksanakan oleh Komite Konvensi Rakyat mulai 5 Januari 2014 mendatang.
Gus Solah menegaskan hal ini semata-mata dilakukan karena menurutnya mencari calon presiden bukan hanya menjadi kewenangan parpol.
“Kita melihat fakta sekitar 50% rakyat itu sudah apatis. Mereka sudah tidak tertarik untuk memilih menggunakan hak pilihnya. Yang kedua, mencari calon Presiden itu terlalu penting jika hanya diserahkan kepada parpol. Jadi warga negara juga harus turun tanganlah untuk memilih calonnya. Dan itu kami lakukan dengan harapan akan muncul gagasan-gagasan baru. Mungkin juga muncul tokoh-tokoh baru yang bisa dijadikan pilihan bagi rakyat,” tambah Gus Solah.
Sofjan Saury Siregar, salah satu kandidat Konvensi Rakyat memprioritaskan perubahan sistem tata kelola pemerintahan yang menjadi akar dari semua persoalan yang muncul di Indonesia. Perubahan sistem itu menurutnya yang akan dapat menjawab persoalan kesejahteraan rakyat Indonesia. Ia mengatakan, “Saya kongkrit tawaran saya itu supaya kita merubah sistem itu kembali pada hal-hal yang menjadi akar dasar permasalahn yang ada. Saya ingin kita kembali pada cita-cita Indonesian Dream.”
Sofjan Saury Siregar menyambut baik adanya Konvensi Rakyat ini sebagai pembelajaran politik sekaligus sumbang gagasan demi perbaikan bangsa kedepan.
Sementara itu Tony Ardie yang juga salah satu kandidat beranggapan kondisi Indonesia sudah morat-marit dan perlu segera dilakukan pembenahan.
“Ini semata-mata keterpanggilan konsistensi perjuangan. Saya melihat negara ini sudah morat-marit dan semakin terpuruk. Saya sebenarnya tidak ada pretensi jadi Presiden atau pejabat negara, kalau mau tentunya sudah dari dulu. Saya percaya dengan sistem. Dan sistem harus diubah. Jargon saya adalah, jika diurus dengan benar Indonesia bisa berdikari dalam banyak hal,“ papar Tony Ardie.
Gus Solah menargetkan dalam tiga hingga empat bulan ke depan ke tujuh kandidat ini bisa dikenal masyarakat dan mempunyai tingkat keterpilihan yang cukup tinggi saat dilakukan survey.
Ketua Komite Konvensi Rakyat Salahuddin Wahid alias Gus Solah di Jakarta menjelaskan, dari 25 orang Konvensi menjaring tujuh calon presiden untuk Pemilu 2014. Ketujuh capres yang terjaring itu menurut Gus Solah berasal dari beragam latar belakang. Mulai dari mantan menteri, akademisi hingga mantan aktivis yang pernah ditahan semasa rezim Soeharto.
“Pertama Anni Iwasaki, seorang penulis tinggal di Jepang. Lalu Isran Noor, Bupati Kutai Timur. Ketiga, Ricky Sutanto seorang pengusaha. Lalu Rizal Ramli mantan Mentero Koordinator bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan era Presiden Gus Dur. Lalu Sofjan Saury Siregar Rektor University of Europe Rotterdam Nederland. Keenam, Tony Ardie mantan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Jakarta 1978-1979 pernah ditahan semasa rezim Soeharto. Dan yang terakhir adalah Yusril Ihza Mahendra mantan Menteri Hukum dan Perundang-undangan era Presiden Gus Dur, mantan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia era Presiden Megawati dan mantan Menteri Sekretaris Negara semasa Presiden SBY,” jelas Gus Solah.
Ketujuh kandidat itu, tambah Gus Solah, akan diberi kesempatan untuk menyampaikan visi dan misinya kepada rakyat di enam kota. Selain itu, mereka juga dapat menarik perhatian rakyat melalui debat kandidat yang akan dilaksanakan oleh Komite Konvensi Rakyat mulai 5 Januari 2014 mendatang.
Gus Solah menegaskan hal ini semata-mata dilakukan karena menurutnya mencari calon presiden bukan hanya menjadi kewenangan parpol.
“Kita melihat fakta sekitar 50% rakyat itu sudah apatis. Mereka sudah tidak tertarik untuk memilih menggunakan hak pilihnya. Yang kedua, mencari calon Presiden itu terlalu penting jika hanya diserahkan kepada parpol. Jadi warga negara juga harus turun tanganlah untuk memilih calonnya. Dan itu kami lakukan dengan harapan akan muncul gagasan-gagasan baru. Mungkin juga muncul tokoh-tokoh baru yang bisa dijadikan pilihan bagi rakyat,” tambah Gus Solah.
Sofjan Saury Siregar, salah satu kandidat Konvensi Rakyat memprioritaskan perubahan sistem tata kelola pemerintahan yang menjadi akar dari semua persoalan yang muncul di Indonesia. Perubahan sistem itu menurutnya yang akan dapat menjawab persoalan kesejahteraan rakyat Indonesia. Ia mengatakan, “Saya kongkrit tawaran saya itu supaya kita merubah sistem itu kembali pada hal-hal yang menjadi akar dasar permasalahn yang ada. Saya ingin kita kembali pada cita-cita Indonesian Dream.”
Sofjan Saury Siregar menyambut baik adanya Konvensi Rakyat ini sebagai pembelajaran politik sekaligus sumbang gagasan demi perbaikan bangsa kedepan.
Sementara itu Tony Ardie yang juga salah satu kandidat beranggapan kondisi Indonesia sudah morat-marit dan perlu segera dilakukan pembenahan.
“Ini semata-mata keterpanggilan konsistensi perjuangan. Saya melihat negara ini sudah morat-marit dan semakin terpuruk. Saya sebenarnya tidak ada pretensi jadi Presiden atau pejabat negara, kalau mau tentunya sudah dari dulu. Saya percaya dengan sistem. Dan sistem harus diubah. Jargon saya adalah, jika diurus dengan benar Indonesia bisa berdikari dalam banyak hal,“ papar Tony Ardie.
Gus Solah menargetkan dalam tiga hingga empat bulan ke depan ke tujuh kandidat ini bisa dikenal masyarakat dan mempunyai tingkat keterpilihan yang cukup tinggi saat dilakukan survey.