Wakil Presiden Sementara Mesir, Mohammed El Baradei, mengundurkan diri dari jabatannya, dan mengatakan tidak siap untuk bertanggungjawab atas kekerasan di Kairo.
Pejabat-pejabat Mesir mengatakan negara itu mulai tenang dengan pemberlakuan jam malam setelah polisi anti huru-hara yang menggunakan kendaraan lapis baja dan buldoser membubarkan dua kamp demonstran pro-Morsi terbesar di Kairo.
Pemerintah sementara Mesir mengatakan sedikitnya 278 orang termasuk 43 polisi tewas hari Rabu (14/8).
Tetapi juru bicara Ikhwanul Muslimin yang menutut dikembalikannya kekuasaan Mohammed Morsi mengatakan, 2.600 orang tewas ketika polisi melepaskan tembakan ke arah kerumunan demonstran.
Beberapa saksi mata dan wartawan melaporkan melihat korban-korban tewas di kamar mayat darurat dan rumah-rumah sakit sementara. Kelompok Islamis juga berdemonstrasi di Iskandariah, Minya, Assiut dan Suez ketika kemarahan terhadap penyerbuan itu meluas.
Pemerintah Mesir selama beberapa hari telah memperingatkan akan mengambil tindakan terhadap para demonstran, yang umumnya mendukung Mohammed Morsi.
Menteri Dalam Negeri Mohammed Ibrahim mengatakan polisi menggunakan kekuatan minimum terhadap kamp-kamp tersebut dan hanya melepaskan tembakan gas air mata. Ia menyalahkan Ikhwanul Muslimin karena menciptakan apa yang disebutnya kekacauan di seluruh Mesir. Ia menuduh Ikhwanul Muslimin telah menembak polisi, menyerang gedung-gedung pemerintah dan membakar gereja-gereja. Ibrahim juga menambahkan bahwa pemerintah sementara menjawab desakan rakyat untuk mengembalikan stabilitas di Mesir.
Tetapi Wakil Presiden Sementara yang juga pemimpin pro-reformasi Mohammed El Baradei mengundurkan diri. Ia mengatakan tidak siap untuk bertanggungjawab, bahkan untuk “satu tetes darah” yang jatuh.
Presiden Sementara Mesir Adly Mansour telah mengumumkan keadaan darurat selama satu bulan dan memerintahkan tentara untuk membantu Kementerian Dalam Negeri memperkuat kondisi keamanan.
Pengelola jalur kereta api Mesir membekukan layanan kereta api dari dan menuju ke Kairo untuk mencegah para aktivis berkelompok di tempat lain.
Pemerintah sementara Mesir mengatakan sedikitnya 278 orang termasuk 43 polisi tewas hari Rabu (14/8).
Tetapi juru bicara Ikhwanul Muslimin yang menutut dikembalikannya kekuasaan Mohammed Morsi mengatakan, 2.600 orang tewas ketika polisi melepaskan tembakan ke arah kerumunan demonstran.
Beberapa saksi mata dan wartawan melaporkan melihat korban-korban tewas di kamar mayat darurat dan rumah-rumah sakit sementara. Kelompok Islamis juga berdemonstrasi di Iskandariah, Minya, Assiut dan Suez ketika kemarahan terhadap penyerbuan itu meluas.
Pemerintah Mesir selama beberapa hari telah memperingatkan akan mengambil tindakan terhadap para demonstran, yang umumnya mendukung Mohammed Morsi.
Menteri Dalam Negeri Mohammed Ibrahim mengatakan polisi menggunakan kekuatan minimum terhadap kamp-kamp tersebut dan hanya melepaskan tembakan gas air mata. Ia menyalahkan Ikhwanul Muslimin karena menciptakan apa yang disebutnya kekacauan di seluruh Mesir. Ia menuduh Ikhwanul Muslimin telah menembak polisi, menyerang gedung-gedung pemerintah dan membakar gereja-gereja. Ibrahim juga menambahkan bahwa pemerintah sementara menjawab desakan rakyat untuk mengembalikan stabilitas di Mesir.
Tetapi Wakil Presiden Sementara yang juga pemimpin pro-reformasi Mohammed El Baradei mengundurkan diri. Ia mengatakan tidak siap untuk bertanggungjawab, bahkan untuk “satu tetes darah” yang jatuh.
Presiden Sementara Mesir Adly Mansour telah mengumumkan keadaan darurat selama satu bulan dan memerintahkan tentara untuk membantu Kementerian Dalam Negeri memperkuat kondisi keamanan.
Pengelola jalur kereta api Mesir membekukan layanan kereta api dari dan menuju ke Kairo untuk mencegah para aktivis berkelompok di tempat lain.