Kementerian Kesehatan Mesir Senin mengatakan setidaknya 51 orang tewas dan ratusan lainnya cedera pada awal bentrokan di dekat markas Garda Republik, Senin pagi (8/7).
Korban tewas karena bentrokan di Kairo semakin bertambah sementara militer Mesir dan pendukung Presiden Mohamed Morsi yang terguling saling tuding tentang siapa yang memprovokasi kekerasan mematikan itu.
Kementerian Kesehatan Mesir Senin mengatakan setidaknya 51 orang tewas dan ratusan lainnya cedera pada awal bentrokan di dekat markas Garda Republik. Para pejabat militer mengatakan seorang tentara termasuk di antara korban tewas dan sebagian lainnya kritis.
Saksi mata mengatakan ruas-ruas jalan dekat markas Garda Republik penuh gas air mata sebelum tembakan terdengar. Para pejabat Ikhwanul Muslimin menuduh tentara melepaskan tembakan tanpa alasan, menewaskan laki-laki, perempuan dan anak-anak.
Juru bicara militer Ahmed Mohammed Ali mengatakan pasukannya baru menembak setelah diserbu tembakan oleh apa yang disebutnya sebagai kelompok teroris yang berupaya menyerbu gedung itu.
Presiden sementara Mesir Adly Mansour menyerukan semua pihak agar menahan diri dan memerintahkan dilakukannya penyelidikan yudisial, tapi insiden tersebut semakin menyulitkan upaya membentuk pemerintahan transisi. Partai ultra-konservatif Salafi Al Nour, mengatakan telah menarik diri dari pembicaraan untuk membentuk pemerintahan baru, karena apa yang disebutnya pembantaian.
Insiden itu juga telah memicu peringatan baru dari ulama-ulama terkemuka Mesir. Ahmed el Tayeb, imam besar Al-Azhar, ikut ambil bagian dalam pembicaraan yang didukung militer untuk menciptakan pemerintahan transisi namun mengatakan lewat pernyataan bahwa kini ia tidak akan ikut campur sampai semua pihak bertanggung jawab atas pertumpahan darah itu dan mengakhirinya.
Kementerian Kesehatan Mesir Senin mengatakan setidaknya 51 orang tewas dan ratusan lainnya cedera pada awal bentrokan di dekat markas Garda Republik. Para pejabat militer mengatakan seorang tentara termasuk di antara korban tewas dan sebagian lainnya kritis.
Saksi mata mengatakan ruas-ruas jalan dekat markas Garda Republik penuh gas air mata sebelum tembakan terdengar. Para pejabat Ikhwanul Muslimin menuduh tentara melepaskan tembakan tanpa alasan, menewaskan laki-laki, perempuan dan anak-anak.
Juru bicara militer Ahmed Mohammed Ali mengatakan pasukannya baru menembak setelah diserbu tembakan oleh apa yang disebutnya sebagai kelompok teroris yang berupaya menyerbu gedung itu.
Presiden sementara Mesir Adly Mansour menyerukan semua pihak agar menahan diri dan memerintahkan dilakukannya penyelidikan yudisial, tapi insiden tersebut semakin menyulitkan upaya membentuk pemerintahan transisi. Partai ultra-konservatif Salafi Al Nour, mengatakan telah menarik diri dari pembicaraan untuk membentuk pemerintahan baru, karena apa yang disebutnya pembantaian.
Insiden itu juga telah memicu peringatan baru dari ulama-ulama terkemuka Mesir. Ahmed el Tayeb, imam besar Al-Azhar, ikut ambil bagian dalam pembicaraan yang didukung militer untuk menciptakan pemerintahan transisi namun mengatakan lewat pernyataan bahwa kini ia tidak akan ikut campur sampai semua pihak bertanggung jawab atas pertumpahan darah itu dan mengakhirinya.