Korea Selatan dan Jepang mengadakan perundingan pertama mengenai pembentukan perjanjian yang belum pernah ada sebelumnya untuk berbagi data intelijen dan perlengkapan militer. Perundingan ini didukung Amerika karena serangan baru-baru ini yang dituduh dilakukan Korea Utara dan ancaman nuklir Korea Utara yang terus menerus.
Meskipun masih ada dendam di kalangan warga Korea terhadap kekuasaan kolonial Jepang dan sengketa wilayah yang belum terselesaikan atas pulau-pulau kecil yang sangat bernilai tinggi bagi penangkapan ikan, kedua negara membina hubungan perdagangan dan memperbaharui hubungan budaya. Tetapi hubungan diplomatik dan pertahanan tidak terlalu dekat.
Namun, sekutu bersama mereka, Amerika, mendorong kedua negara agar menggali hubungan militer langsung dalam beberapa bulan terakhir, setelah serangan Korea Utara.
Kunjungan Menteri Pertahanan Jepang Toshimi Kitazawa minggu ini merupakan langkah penting pertama untuk membahas prakasa itu.
Kitazawa, duduk berhadapan dengan Menteri Pertahanan Korea Selatan, mengatakan provokasi Korea Utara, yang menghancurkan perdamaian dan keamanan regional, tidak dapat ditoleransi lagi.
Itu adalah kata-kata keras yang tidak biasa didengar dari Jepang sejak Perang Dunia Kedua.
Yang tidak dinyatakan adalah kekecewaan di Asia Timur mengenai keengganan Tiongkok untuk mengecam Korea Utara setelah menyerang sebuah pulau Korea Selatan bulan November lalu.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Kwan-jin mengatakan kepada Kitazawa bahwa saatnya tiba untuk membina hubungan pertahanan yang lebih kuat.
Kim mengatakan kerjasama keamanan antara kedua negara, untuk menciptakan keamanan dan perdamaian regional, akan diperkuat dalam beberapa tahun mendatang.
Perjanjian-perjanjian yang dicapai memungkinkan kedua negara berbagi data intelijen mengenai nuklir Korea Utara dan program-program senjata lain, tukar menukar pasokan militer dan memperkuat kerangka pertahanan rudal di antara pasukan Korea Selatan, Jepang, dan Amerika.
Amerika mempertahankan pangkalan militer dan pasukan di kedua negara itu.
Sementara banyak pejabat Jepang dan Korea Selatan optimistik bahwa sedikitnya ada satu pakta perjanjian yang dapat ditandatangani pad akhir tahun ini, pihak lainnya memperkirakan dibutuhkan lebih banyak waktu untuk mencapai hubungan yang mendalam, kemungkinan lebih dari satu dasawarsa.
Ada keprihatinan mengenai bagaimana kekuatan militer terbesar di kawasan itu, Tiongkok, akan bereaksi terhadap hubungan pertahanan yang lebih dekat antara Korea Selatan dan Jepang.
Banyak orang di kedua negara khawatir akan peningkatan kekuatan militer Tiongkok.