Korea Selatan telah menghentikan siaran propagandanya ke Korea Utara hari Selasa (25/8) dalam rangka persetujuan untuk meredakan ketegangan terbaru di Semenanjung Korea.
Pihak Korea Utara mengutarakan penyesalan atas ledakan ranjau darat yang melukai dua tentara Korea Selatan.
Penasihat keamanan Presiden Korea Selatan Kim Kwan-jin mengatakan kedua Korea juga sepakat mengadakan pembicaraan segera, di Seoul atau Pyongyang, mengenai perbaikan hubungan, 62 tahun setelah mereka mengakhiri Perang Korea dengan gencatan senjata, bukan perjanjian perdamaian.
Kedua pihak mengatakan mereka akan melanjutkan reuni bulan September bagi keluarga-keluarga yang terpisah oleh konflik zaman Perang Dingin.
Amerika Serikat, sekutu erat Korea Selatan, menyambut baik persetujuan itu dan mengatakan Amerika berharap ketegangan di semenanjung Korea akan berkurang.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby menyebut perjanjian itu kompromi. Ia mengatakan sekarang terserah kepada Korea Utara untuk bertindak dan jangan hanya memberi jaminan mengenai kegiatan militernya di perbatasan antara kedua negara.
Sebelum persetujuan itu, Presiden Korea Selatan Park Geun-bye menuntut permintaan maaf dari Korea Utara karena melukai dua pengawal perbatasan Korea Selatan, dengan mengatakan itu adalah tindakan yang diperlukan sebelum pengeras suara propaganda di perbatasan dimatikan. Korea Utara membantah tanggung jawab atas insiden itu.
Pembicaraan darurat di desa gencatan senjata Panmunjom di perbatasan dimulai hari Sabtu, tidak lama setelah batas-waktu yang dikeluarkan Pyongyang dalu-warsa bagi Seoul untuk menghentikan siaran ke Utara, kalau tidak, akan menghadapi serangan militer. Kedua pihak diwakili oleh pejabat militer tingkat tinggi dan seorang diplomat.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, seorang mantan menteri luar negeri Korea Selatan, sebelumnya mendesak kedua pihak agar meningkatkan usaha mereka untuk mencapai kompromi.