Korsel Frustrasi, Persoalan Biaya Pertahanan dengan AS Berlarut

Warga Korsel melakukan unjuk rasa di Seoul, memrotes permintaan AS soal kenaikan biaya kehadiran militer Amerika di sana (foto: dok).

Hampir sebulan setelah perjanjian pembayaran bersama biaya pertahanan Amerika-Korea Selatan berakhir, semakin tumbuh rasa frustrasi di antara warga sipil Korea Selatan yang bekerja di pangkalan militer Amerika, yang tidak akan mendapat gaji jika kesepakatan tidak tercapai. Selain itu, juga timbul kekhawatiran perselisihan itu akan merusak aliansi.

Kamp Humphreys, di bagian selatan Seoul, adalah pangkalan militer Amerika terbesar di luar negeri, tetapi banyak kegiatan di sana akan segera terganggu akibat perselisihan tentang pembagian biaya kehadiran militer Amerika.

Militer Amerika memberi tahu orang-orang Korea yang menjadi karyawan di sana bahwa mereka mungkin terpaksa dirumahkan, atau cuti tetapi tidak dibayar, mulai 1 April.

Kemungkinan 9.000 warga sipil Korea di pangkalan Amerika itu akan dirumahkan sementara. Itu berarti proyek pembangunan dan layanan lainnya akan berhenti sementara. Banyak pekerja Korea mengatakan mereka sedang mencari pekerjaan lain.

Tentara AS dan Korea Selatan dalam sebuah latihan militer besama di Korsel (foto: dok).

Son Gi-o dari Serikat buruh Korea USFK mengatakan, "Tentu saja, semua orang merasa terguncang dan tertekan. Kami harap itu tidak terjadi. Bagaimanapun, mata pencaharian kami dipertaruhkan. Semua karyawan sangat penting untuk misi ini. Jadi, mengapa kami yang harus menderita?"

Presiden Donald Trump telah lama menuduh Korea Selatan tidak membayar cukup untuk perlindungan Amerika. Tuduhan itu membuat banyak warga Korea Selatan resah, terutama karena perselisihan itu berlarut-larut.

Song Young-gil adalah anggota Parlemen Korea Selatan, yang nantinya harus meratifikasi kesepakatan pembagian biaya itu.

"Tidak betul, menahan gaji orang Korea yang menjadi karyawan di sini hanya demi negosiasi. Kami tidak bisa menerima tuntutan 5 miliar dolar yang tidak masuk akal. Kami tidak bisa memenuhi permintaan itu!," tandas Song.

Bukan hanya orang Korea Selatan yang memperingatkan aliansi itu mungkin terganggu. Bahkan beberapa pejabat Amerika mempertanyakan.

John Rood, Direktur Jenderal Kebijakan Departemen Pertahanan Amerika mengatakan, "Ini adalah bagian dari pesan kami kepada rekan-rekan di Departemen Luar Negeri, sementara melakukan negosiasi - dan semua pihak menginginkan pembagian tanggung jawab yang adil – perlu dipertimbangkan bagaimana mempertahankan aliansi ini."

Pejabat-pejabat Kedutaan Besar Amerika di Seoul mengatakan tidak ada bukti bahwa perselisihan pembagian biaya itu merusak aliansi. Memang benar bahwa jajak pendapat menunjukkan dukungan luas bagi aliansi itu, tetapi pertanyaannya adalah sampai kapan akan bertahan? [ka/ii]