Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendapati semakin banyak perempuan menjadi pelaku atau terjerat kasus korupsi. Untuk mengatasi hal ini, KPK menggelar pelatihan perempuan anti-korupsi di Solo, Jawa Tengah, yang diikuti banyak perempuan dari berbagai kalangan.
Suasana Pelatihan Perempuan Anti Korupsi oleh KPK di Solo
“Apakah Anda sanggup menjadi pionir perempuan anti korupsi di sekitar? Sanggup. Kurang keras? Apakah sanggup? Sanggup. Bagus. Korupsi tidak hanya kalau ibu rumah tangga, bisa melarang suaminya melakukan korupsi. Ternyata yang korupsi itu bukan hanya bapak-bapak atau laki-laki saja, yang ditangani KPK ada juga perempuan atau ibu-ibu yang terjerat korupsi. Ada juga yang masih muda kena korupsi, ada juga yang tua. Korupsi tidak hanya pejabat tinggi, sekarang kepala desa saja yang mengelola dana juga kena KPK.”
Suara lantang yang mengungkap kesanggupan menjadi perempuan anti korupsi menggema di salah satu ruang hotel di Solo, Selasa siang (22/8). Lebih dari 80 polisi wanita, perwakilan Dharma Wanita, PKK, Fatayat NU, Aisyah, putra putri Solo, organisasi wanita pengusaha, organisasi pemuda, dan sebagainyamenjalani pelatihan perempuan anti korupsi yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK selama tiga hari ini.
Your browser doesn’t support HTML5
Wakil ketua KPK, Basaria Panjaitan, mengakui gerakan perempuan anti korupsi tidak bisa diukur dengan perbandingan angka kasus korupsi.
“Dengan adanya 'Saya Perempuan Anti Korupsi' atau SPAK ini, gerakan ini 'kan gerakan pencegahan korupsi yang susah diukur, kalau kita katakan dengan adanya SPAK tidak ada kasus korupsi kan ya nggak mungkin juga. Harapan kita dengan adanya SPAK ini, para perempuan paling tidak jangan melakukan korupsi, itu dulu lah. Kalau dia tidak bisa menghimbau pada keluarganya agar tidak melakukan korupsi, ya paling tidak itu untuk mencegah dirinya sendiri,” katanya.
Pernyataan serupa juga dilontarkan Kepala Pusat Studi transparansi Publik dan Anti Korupsi PUSTAPAKO Universitas Sebelas Maret UNS Solo, Agung Nur Probohduono, dalam kegiatan yang sama. Menurut Agung, pencegahan korupsi sangat efektif dilakukan mulai dari keluarga, peran ibu atau perempuan sangat penting.
“Pencegahan korupsi itu dimulai dari keluarga, secara fisik mungkin perempuan kalah dengan laki-laki, namun justru perempuan akan membuat tekanan atau mempengaruhi laki-laki, misal saja ekspresi cemberut maka laki-laki akan cepat merespon. Kalau perempuan itu berlaku baik, maka akan mencegah laki-laki melakukan korupsi, anak-anaknya pun akan berbuat baik,” kata Agung Nur Probohduono.
Data Komisi Pemberantasan Korupsi menyiratkan,fakta semakin banyak perempuan menjadi pelakui korupsi.
Data KPK dalam Majalah Integrito, majalah terbitan lembaga anti-rasuah tersebut , menunjukkan, sejak tahun 2006 hingga 2016, lebih dari 46 perempuan terjerat kasus korupsi yang ditangani KPK.
Tahun 2006 tercatat ada satu orang, tahun 2013 tercatat ada enam orang , 2014 tercatat ada 4 orang, dan 2015 tercatat ada 5 orang. Pada 2016, tercatat ada 11 perempuan. Mereka dari beragam profesi mulai dari ibu rumah tangga, gubernur, bupati, pegawai negeri sipil, pengusaha, anggota DPR, hakim, jaksa,dan pengacara, dan sebagainya. [ys/ab]