Pandemi global virus corona memicu "krisis ekonomi," menyebabkan PDB dunia turun 4,9 persen tahun ini dan akan mengakibatkan kerugian $12 triliun dalam dua tahun ke depan, kata Dana Moneter Internasional (IMF), Rabu (24/6).
Penutupan bisnis di seluruh dunia menyebabkan PHK ratusan juta orang, dan ekonomi utama di Eropa turun dua digit dalam krisis terburuk sejak Depresi Hebat hampir 100 tahun lalu.
Prospek pemulihan pasca-pandemi sarat "ketidakpastian" karena penularan virus yang tidak terduga, kata IMF dalam laporan World Economic Outlook yang diperbarui.
IMF memperingatkan, "Pandemi Covid-19 lebih berdampak negatif terhadap aktivitas dalam paruh pertama tahun 2020, dan pemulihan diproyeksikan lebih lambat dari perkiraan sebelumnya."
BACA JUGA: Bank Dunia: Pandemi Picu Keambrukan Ekonomi Terluas dalam 150 TahunSementara bisnis dibuka kembali di banyak negara dan China mengalami peningkatan aktivitas yang lebih besar dari perkiraan, gelombang kedua penularan virus mengancam kondisi ekonomi, kata laporan itu.
PDB dunia diperkirakan pulih hanya 5,4 persen tahun 2021, itupun kalau semuanya berjalan baik, kata IMF.
Dalam beberapa bulan ke depan akan ada lebih banyak plang "disewakan" karena banyak bisnis yang tutup akibat pandemi virus corona menyebabkan kantor dan toko kosong, berpotensi mengakhiri peningkatan panjang pasar real estat komersial di Amerika.
Hanya sebagian hotel, restoran, dan toko yang tutup mulai bulan Maret beroperasi kembali, dan banyak yang mungkin tidak akan buka lagi. Pemilik lahan-lahan komersial melaporkan semakin banyak penyewa telat membayar. Mereka memperkirakan akan semakin banyak toko-toko kosong sampai akhir tahun.
BACA JUGA: Kota di AS Hidupkan Kembali Uang Kayu untuk Bantu PerekonomianSelain itu, ada dua kecenderungan yang memperburuk situasi: penyewaan ruang kantor semakin kecil karena banyak karyawan bekerja dari rumah, dan semakin banyak orang belanja online, sehingga ruang ritel semakin kecil di wilayah pusat kota dan mal.
Ruang-ruang komersial yang kosong menandai perubahan tajam pasar real estat yang meningkat pesat di New York, Chicago dan kota-kota lain dalam beberapa tahun ini. Wabah virus mendorong bisnis apa pun cenderung simpel dan nyaman daripada gengsi dengan alamat di kota besar.
Efeknya sangat merugikan bagi pemilik ruang sewa dan ekonomi lokal. Pasar real estat komersial yang lemah bisa berarti PHK bagi sekitar 3,6 juta pekerja, dan di perusahaan penyedia barang dan jasa untuk perusahaan real estat. Selain itu, pasar yang lemah tidak menarik investor, sehingga membatasi kegiatan konstruksi. [ka/ii]