Kunjungan dua hari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Azerbaijan menandai upaya terbarunya untuk memperluas pengaruh Turki di wilayah Kaukasus, namun para analis memperingatkan ambisi itu dapat memicu persaingan dengan Rusia.
Erdogan dijadwalkan menghadiri parade kemenangan pada hari Kamis (10/12) di Baku, merayakan kekalahan pasukan Armenia bulan lalu di daerah Nagorno-Karabakh Azerbaijan, yang diklaim oleh kedua negara.
"Kemenangan ini hanya akan memperkuat keyakinan kepada dua negara, satu masyarakat," kata Erdogan kepada wartawan pada Rabu (9/12) sebelum berangkat ke Baku. Dukungan militer Ankara terhadap Baku itu secara luas dipandang sebagai kunci kemenangan Azerbaijan.
Erdogan, sesuai jadwal pembicaraan dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, akan membahas peran militer Turki dalam operasi penjaga perdamaian yang ditengahi oleh Moskow untuk mengakhiri konflik Nagorno-Karabakh tersebut.
Akan tetapi aspirasi Ankara untuk memperluas pengaruhnya di kawasan Kaukasus itu menghadapi perlawanan.
Pejabat militer Turki dan Rusia bulan lalu sepakat untuk membentuk sebuah pusat gabungan Rusia-Turki dalam pengendalian gencatan senjata. Tetapi jumlah pasukan Turki dan lokasi mereka akan ditempatkan masih belum terselesaikan.
Erdogan juga diharapkan membahas Turki untuk menjadi ketua bersama dengan Rusia, Perancis dan Amerika Serikat dalam OSCE Minsk Group, badan internasional wilayah Eropa yang dibentuk untuk menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh.
BACA JUGA: Militer Azerbaijan Masuki Wilayah yang Diserahkan Pasukan ArmeniaMoskow sejauh ini tampak mengesampingkan perubahan apa pun dalam komposisi kelompok Minsk tersebut, sebuah sikap yang didukung kuat oleh Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Dalam beberapa tahun terakhir, Moskow dan Ankara telah memperdalam hubungan dalam bidang ekonomi dan diplomatik, yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan para mitra Turki di dalam NATO. Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin bekerja sama dalam mengelola perang saudara Suriah meskipun masing-masing mendukung pihak yang berlawanan dalam konflik tersebut.
Tetapi upaya Turki untuk memperluas pengaruhnya di Kaukasus, diinterpretasikan sebagai peningkatan ketegangan, sesuatu yang sebaliknya dari harapan semula, yakni pemulihan hubungan di kawasan tersebut.[mg/jm]