Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu hari Selasa (24/5) menjadi pejabat senior Turki pertama yang mengunjungi Israel dalam 15 tahun. Setelah singgah di wilayah Palestina, Menlu Turki melawat ke Israel untuk kunjungan dua hari, berupaya mengkonsolidasikan usaha pendekatan di antara kedua negara yang saling menarik Duta Besar mereka pada 2018.
Kunjungan Menlu Cavusoglu itu pertanda terbaru mencairnya hubungan setelah kunjungan Presiden Israel Isaac Herzog ke Turki bulan Maret lalu. Laporan mengatakan, kerja sama dalam memanfaatkan cadangan gas Israel yang besar akan menjadi bagian dari agenda Cavusoglu.
BACA JUGA: Presiden Israel Kunjungi Turki untuk Pulihkan Keretakan HubunganMantan Duta Besar Turki untuk Qatar, Mithat Rende yang kini menjadi konsultan industri energi, menguraikan apa yang dia yakini bisa dipertaruhkan.
“Mereka harus menetapkan agenda positif untuk kepentingan kedua belah pihak. Mulai dari kerjasama energi, ekonomi, perdagangan, pariwisata, kesehatan, pertanian, bahkan perubahan iklim karena ini adalah wilayah yang sangat rentan, Laut Tengah (Mediterania) bagian timur. Jadi, kedua negara akan meningkatkan hubungan mereka. Ada kemauan kedua pihak,” ujarnya.
Hubungan antara negara yang pernah jadi sekutu dekat itu runtuh karena kebijakan Israel terhadap Palestina, dan memuncak dengsn penarikan duta besar kedua negara pada 2018. Menjelang kunjungan ke Israel, Cavusoglu sebelumnya mengadakan pembicaraan dengan pejabat Palestina, Selasa (24/5).
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang sangat mendukung perjuangan Palestina, terlibat dalam retorika berapi-api melawan Israel. Tetapi upaya Erdogan untuk mendekati Israel guna memperbaiki hubungan adalah bagian dari kebijakan yang lebih luas oleh Turki untuk mengatasi isolasinya di kawasan, kata Sinan Ulgen dari Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Luar Negeri, sebuah organisasi penelitian di Istanbul.
“Ini adalah bagian dari strategi yang lebih luas yang kita lihat sejak awal 2020, 2021, di mana Turki pada dasarnya memutuskan untuk menyesuaikan ulang kebijakan luar negerinya, setelah mengakui bahwa kebijakan luar negeri yang agresif pada masa lalu membawa Turki ke sebuah jalur isolasi kawasan,” kata Ulgen.
Cavusoglu juga diharapkan berdiskusi dengan rekannya dari Israel, Yair Lapid, tentang kembalinya penempatan para duta besar. Meningkatkan hubungan bilateral akan memungkinkan para pemimpin Israel untuk lebih berfokus pada Iran, yang mereka anggap sebagai ancaman utama Israel. Erdogan juga mengecam pengaruh regional Iran yang semakin meningkat.
Gallia Lindenstrauss, seorang analis di Institut Studi Keamanan Nasional, sebuah organisasi penelitian di Tel Aviv mengatakan, “Masalahnya, Turki adalah aktor yang lebih mendukung pembaruan, dan Israel lebih merupakan aktor status quo di Timur Tengah. Saya pikir semua unsur itu masih ada di sini. Tetapi jika kedua negara berhasil mengembalikan duta besarnya, maka berharap akan membawa stabilitas di kawasan yang sangat tidak stabil.”
Beberapa pengamat mengatakan, upaya pemulihan hubungan Turki dengan Israel didorong oleh tujuan untuk menghambat hubungan Israel yang semakin erat dengan saingan Turki, yaitu Yunani dan Siprus. Israel juga akan waspada dalam berurusan dengan Turki. [ps/jm]