Perlambatan disebabkan karena negara-negara Afrika Tengah sangat bergantung pada minyak dan mineral, dan kurang mengusahakan perluasan sektor pertanian.
Para peneliti melaporkan dari London bahwa lembah hutan tropis di Kongo, yang merupakan terbesar kedua di dunia setelah hutan Amazon, mengalami perlambatan penggundulan hutan tropis. Hasil studi ini merupakan baik bagi lingkungan global.
“Apa yang kita amati pada 90an kira-kira 285.000 hektar hutan lenyap di Afrika Tengah. Jumlahnya menurun menjadi 100.000 hektar lebih pada 2000-an. Jadi ada penurunan besar dalam laju deforestasi di Afrika Tengah antara 1990 hingga 2000-an. Sehingga hasil ini cukup mengejutkan,” ujar Simon Lewis dari University College London.
Penelitian yang didasarkan analisa foto-foto satelit itu menunjukkan laju deforestasi di Basin Kongo lebih rendah dibandingkan wilayah hutan tropis utama lainnya di dunia.
Lewis mengatakan, hal ini sebagian karena negara-negara Afrika Tengah mengembangkan perekonomian mereka. Mereka sangat bergantung pada kekayaan minyak dan mineral, dan kurang mengusahakan perluasan sektor pertanian, ujarnya.
“Mereka berorientasi pada komoditas dibandingkan pengembangan sektor pertanian. Jadi kita belum melihat peningkatan besar dalam industri pertanian seperti yang kita amati di Amazon untuk kedelai dan di Asia Tenggara untuk kelapa sawit. Hal itu belum terjadi secara skala besar di Afrika Tengah, oleh karenanya laju deforestasi lebih rendah,” ujarnya.
Tapi ia mengatakan hal itu bisa berubah. Ia mengatakan Afrika Tengah berada dalam masa genting karena bertambahnya populasi, meningkatnya permintaan pangan dan meningkatnya standar hidup. Pergeseran ini akan mendorong permintaan komoditas dari lahan pertanian dan akibatnya, deforestasi akan cenderung meningkat.
Studi ini diterbitkan dalam publikasi Philosophical Transactions of The Royal Society B dan merupakan bagian dari serangkaian studi hutan-hutan Afrika.
Studi lain memperoleh temuan bahwa pohon-pohon di Lembah Kongo adalah unik. Lewis mengatakan pohon-pohon di sana "lebih besar dan lebih rimbun" dibandingkan dari perkiraan sebelumnya.
Para ahli menganalisa lebih dari 100.000 pohon dan memperoleh temuan bahwa spesies pohon Afrika rata-rata jauh lebih besar dibandingkan di Amazon. Stuart Wilson mengatakan kondisi pohon itu baik untuk lingkungan karena menyerap gas karbon dioksida dari atmosfer serta memperlambat laju perubahan iklim.
Stuart Wilson, direktur organisasi Resource Extraction Monitoring yang berkantor di Inggris telah mengamati industri penebangan kayu di Afrika Tengah selama beberapa tahun.
Ia mengatakan studi yang dirilis pekan lalu tersebut adalah berita baik. Tapi ia memperingatkan meskipun ada peraturan terkait penebangan kayu di banyak negara Afrika Tengah, namun pengawasannya tidak dijalankan secara konsisten untuk melindungi hutan tropis. Ia mengatakan pemerintah dan masyarakat internasional, perlu berbuat lebih banyak untuk memastikan pohon-pohon itu dilindungi.
“Apa yang kita amati pada 90an kira-kira 285.000 hektar hutan lenyap di Afrika Tengah. Jumlahnya menurun menjadi 100.000 hektar lebih pada 2000-an. Jadi ada penurunan besar dalam laju deforestasi di Afrika Tengah antara 1990 hingga 2000-an. Sehingga hasil ini cukup mengejutkan,” ujar Simon Lewis dari University College London.
Penelitian yang didasarkan analisa foto-foto satelit itu menunjukkan laju deforestasi di Basin Kongo lebih rendah dibandingkan wilayah hutan tropis utama lainnya di dunia.
Lewis mengatakan, hal ini sebagian karena negara-negara Afrika Tengah mengembangkan perekonomian mereka. Mereka sangat bergantung pada kekayaan minyak dan mineral, dan kurang mengusahakan perluasan sektor pertanian, ujarnya.
“Mereka berorientasi pada komoditas dibandingkan pengembangan sektor pertanian. Jadi kita belum melihat peningkatan besar dalam industri pertanian seperti yang kita amati di Amazon untuk kedelai dan di Asia Tenggara untuk kelapa sawit. Hal itu belum terjadi secara skala besar di Afrika Tengah, oleh karenanya laju deforestasi lebih rendah,” ujarnya.
Tapi ia mengatakan hal itu bisa berubah. Ia mengatakan Afrika Tengah berada dalam masa genting karena bertambahnya populasi, meningkatnya permintaan pangan dan meningkatnya standar hidup. Pergeseran ini akan mendorong permintaan komoditas dari lahan pertanian dan akibatnya, deforestasi akan cenderung meningkat.
Studi ini diterbitkan dalam publikasi Philosophical Transactions of The Royal Society B dan merupakan bagian dari serangkaian studi hutan-hutan Afrika.
Studi lain memperoleh temuan bahwa pohon-pohon di Lembah Kongo adalah unik. Lewis mengatakan pohon-pohon di sana "lebih besar dan lebih rimbun" dibandingkan dari perkiraan sebelumnya.
Para ahli menganalisa lebih dari 100.000 pohon dan memperoleh temuan bahwa spesies pohon Afrika rata-rata jauh lebih besar dibandingkan di Amazon. Stuart Wilson mengatakan kondisi pohon itu baik untuk lingkungan karena menyerap gas karbon dioksida dari atmosfer serta memperlambat laju perubahan iklim.
Stuart Wilson, direktur organisasi Resource Extraction Monitoring yang berkantor di Inggris telah mengamati industri penebangan kayu di Afrika Tengah selama beberapa tahun.
Ia mengatakan studi yang dirilis pekan lalu tersebut adalah berita baik. Tapi ia memperingatkan meskipun ada peraturan terkait penebangan kayu di banyak negara Afrika Tengah, namun pengawasannya tidak dijalankan secara konsisten untuk melindungi hutan tropis. Ia mengatakan pemerintah dan masyarakat internasional, perlu berbuat lebih banyak untuk memastikan pohon-pohon itu dilindungi.