Intervensi Amerika di Irak 10 tahun lalu masih tertanam dalam benak banyak warga Lebanon, sehingga bayangan akan adanya serangan militer terhadap Suriah, membuat banyak orang di Beirut resah.
BEIRUT, LEBANON —
Di tepi jalan yang berangin di ibukota Lebanon itu, Samira Srour duduk dengan putrinya yang remaja di luar gedung di mana ia bekerja.
"Korban di Suriah akibat perang saudara sudah begitu banyak, begitu banyak anak-anak yang tewas," ujar Srour. Ibu itu mengatakan harus dilakukan sesuatu guna mengatasi perang itu, meskipun, seperti umumnya perang, tidak jelas siapa yang bersalah.
Di atas bukit, di luar warung pinggir jalan yang ramai, dua arsitek lokal minum kopi dan jus jeruk.
Menurut Elias Faouz, Presiden Suriah Bashar al-Assad mungkin, seperti dikatakan Amerika, bersalah karena memerintahkan serangan pekan lalu yang menewaskan ratusan warga Suriah di pinggiran kota Damaskus.
Tetapi serangan Amerika terhadap Suriah, menurutnya, tidak akan membantu pemberontak mengambil alih Suriah, dan konsekuensi bagi wilayah itu bisa menjadi bencana.
"Kami khawatir, pengeboman Suriah akan menyebabkan, pertama, misalnya, aliran pengungsi baru di Lebanon," ujarnya. "Kedua, bagaimana jika seseorang balas menyerang dari Suriah atau sekutu Suriah? Apakah serangan itu akan tetap berskala Suriah, atau akan meluas menjadi skala regional?"
Lebanon selama ini menanggung beban akibat dampak perang Suriah. Kekerasan sektarian dan pemboman mengguncang Beirut dan kota-kota lain di seantero negara itu.
Badan PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) mengatakan lebih dari 700 ribu warga Suriah yang mengungsi akibat perang, kini berada di Lebanon, tambahan besar bagi penduduk negara itu yang tidak sampai 5 juta orang.
Sementara Elias berbicara, terjadi percekcokan di jalan soal kecelakaan ringan. Rekan Elias, Roye Dagher, mengatakan serangan Amerika terhadap Suriah, akan semakin memperburuk perpecahan di negara yang sudah sangat terpolarisasi.
"Biarkan rakyat Suriah menentukan apa yang mereka inginkan dan biarkan yang kuat menang," tukas Dagher. "Mengapa Amerika ikut campur?"
Tetapi tidak semua orang di Beirut setuju.
Di jalan, Ahmed Sheikh, seorang sopir berusia 60 tahun, mengatakan ketiadaan tindakan dari masyarakat internasional bisa lebih membahayakan daripada serangan terhadap pemerintah Assad.
Sheikh mengatakan ia khawatir Amerika tidak akan menepati janjinya dan mengambil tindakan langsung guna menghentikan penggunaan senjata kimia, dan hal itu akan mengakibatkan perang di Suriah meluas ke Lebanon dan negara-negara lain.
"Korban di Suriah akibat perang saudara sudah begitu banyak, begitu banyak anak-anak yang tewas," ujar Srour. Ibu itu mengatakan harus dilakukan sesuatu guna mengatasi perang itu, meskipun, seperti umumnya perang, tidak jelas siapa yang bersalah.
Di atas bukit, di luar warung pinggir jalan yang ramai, dua arsitek lokal minum kopi dan jus jeruk.
Menurut Elias Faouz, Presiden Suriah Bashar al-Assad mungkin, seperti dikatakan Amerika, bersalah karena memerintahkan serangan pekan lalu yang menewaskan ratusan warga Suriah di pinggiran kota Damaskus.
Tetapi serangan Amerika terhadap Suriah, menurutnya, tidak akan membantu pemberontak mengambil alih Suriah, dan konsekuensi bagi wilayah itu bisa menjadi bencana.
"Kami khawatir, pengeboman Suriah akan menyebabkan, pertama, misalnya, aliran pengungsi baru di Lebanon," ujarnya. "Kedua, bagaimana jika seseorang balas menyerang dari Suriah atau sekutu Suriah? Apakah serangan itu akan tetap berskala Suriah, atau akan meluas menjadi skala regional?"
Lebanon selama ini menanggung beban akibat dampak perang Suriah. Kekerasan sektarian dan pemboman mengguncang Beirut dan kota-kota lain di seantero negara itu.
Badan PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) mengatakan lebih dari 700 ribu warga Suriah yang mengungsi akibat perang, kini berada di Lebanon, tambahan besar bagi penduduk negara itu yang tidak sampai 5 juta orang.
Sementara Elias berbicara, terjadi percekcokan di jalan soal kecelakaan ringan. Rekan Elias, Roye Dagher, mengatakan serangan Amerika terhadap Suriah, akan semakin memperburuk perpecahan di negara yang sudah sangat terpolarisasi.
"Biarkan rakyat Suriah menentukan apa yang mereka inginkan dan biarkan yang kuat menang," tukas Dagher. "Mengapa Amerika ikut campur?"
Tetapi tidak semua orang di Beirut setuju.
Di jalan, Ahmed Sheikh, seorang sopir berusia 60 tahun, mengatakan ketiadaan tindakan dari masyarakat internasional bisa lebih membahayakan daripada serangan terhadap pemerintah Assad.
Sheikh mengatakan ia khawatir Amerika tidak akan menepati janjinya dan mengambil tindakan langsung guna menghentikan penggunaan senjata kimia, dan hal itu akan mengakibatkan perang di Suriah meluas ke Lebanon dan negara-negara lain.