Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu (10/4), melaporkan lebih dari 300 rumah di Jawa Timur rusak akibat gempa berkekuatan magnitudo 6,1 di Malang.
Berdasarkan data yang dihimpun BNPB dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di wilayah Jawa Timur, hingga pukul 20.00 WIB terdapat setidaknya 11 rumah rusak berat, 194 rumah rusak sedang dan 126 rusak ringan. Dalam situs webnya, Sabtu (10/4), BNPB menyebutkan gempa tersebut juga mengakibatkan kerusakan pada sejumlah fasilitas umum, antara lain 11 unit sarana pendidikan, tujuh kantor pemerintah, enam unit sarana ibadah, satu unit RSUD, dan sebuah pondok pesantren.
Selain merusak bangunan, gempa tersebut juga menelan korban jiwa. Hingga pukul 21.00 WIB, BNPB mencatat terdapat delapan orang meninggal dunia, satu orang luka berat dan 22 orang luka ringan.
Bencana gempa mengguncang Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu (10/4), pada pukul 14.00 WIB. Pusat gempa berada di laut dengan jarak 96 km arah selatan Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, dengan kedalaman 80 km. Sebelumnya, gempa tersebut diperkirakan mencapai skala 6,7, tetapi BMKG memutakhirkan parameter gempa menjadi 6,1.
Gempa tersebut berdampak pada delapan wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, meliputi Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kota Malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulungagung, Kabuapten Trenggalek, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Jember.
Waspadai Fenomena
BNPB, mengutip keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Sabtu (10/4), melaporkan episentrum gempa di Malang itu berdekatan dengan pusat gempa bumi yang telah merusak Jawa Timur pada tahun-tahun sebelumnya. Provinsi tersebut tercatat pernah mengalami gempa bumi pada tahun 1896, 1937, 1962, 1963, dan 1972.
BACA JUGA: Kota Malang Diguncang Gempa Berkekuatan 6,7Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, pengulangan gempa bumi yang terjadi di selatan Malang tersebut sekaligus menjadi fenomena yang patut diwaspadai.
“Gempa selatan Malang yang destruktif merupakan alarm untuk kita semua bahwa ancaman sumber gempa bumi subduksi lempeng selatan Jawa yang selama ini didengungkan oleh para ahli gempa adalah benar. Kita patut waspada,” jelas Daryono.
Berdasarkan hasil monitoring BMKG, setidaknya telah terjadi tiga kali gempa susulan (aftershock) dengan kekuatan kecil dan kurang dari magnitudo 4,0 yang tidak berdampak dan tidak dirasakan. [ah]