Tautan-tautan Akses

Perubahan Iklim Tingkatkan Bencana Alam terkait dengan Masalah Air


Orang-orang mengendarai sepeda melalui sebuah taman yang tergenang banjir di tepi sungai Nepean di pinggiran Penrith, saat kota Sydney, Australia, bersiap menghadapi banjir terburuk dalam beberapa dekade, Minggu 21/3. (Foto: AFP)
Orang-orang mengendarai sepeda melalui sebuah taman yang tergenang banjir di tepi sungai Nepean di pinggiran Penrith, saat kota Sydney, Australia, bersiap menghadapi banjir terburuk dalam beberapa dekade, Minggu 21/3. (Foto: AFP)

Menjelang Hari Air Sedunia, Senin (22/3) Badan Meteorologi Dunia memperingatkan perubahan iklim memperparah bencana terkait air, mengancam kehidupan dan mata pencaharian miliaran orang di seluruh dunia. 

Bahaya perubahan iklim berdampak pada peningkatan banjir dan kekeringan yang berkepanjangan. Perubahan iklim juga mengubah pola curah hujan, mempengaruhi ketersediaan air dan memperburuk kerusakan akibat banjir dan kekeringan di seluruh dunia.

Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan peningkatan banjir dapat menghancurkan titik-titik air dan fasilitas sanitasi serta mencemari sumber-sumber air. Akibatnya, juru bicara WMO Clare Nullis mengatakan miliaran orang punya akses yang terbatas atau sama sekali tidak memiliki akses pada air bersih dan sanitasi.

“Jadi, 39 persen populasi dunia tidak memiliki akses pada air minum yang aman. Diperkirakan masalah ini akan semakin parah karena perubahan sosial ekonomi, pertumbuhan penduduk, dan tentunya, perubahan sumber air, seperti gletser,” kata Nullis.

WMO menyebut gletser sebagai menara air dunia. Ini memperingatkan mencairnya lapisan es dan gletser menyebabkan lebih banyak bahaya sekaligus mengancam ketahanan air jangka panjang bagi ratusan juta orang.

Nullis menguraikan salah satu contoh paling dramatis tentang bagaimana hal itu terjadi, dapat dilihat di Tajikistan, negara yang memiliki lebih dari 14.500 gletser pada abad ke-20.

“Saat ini, lebih dari seribu di antaranya telah mencair sepenuhnya dan volume total massanya berkurang sepertiganya. Hal ini dalam jangka pendek menyebabkan lebih banyak bahaya seperti longsoran salju, aliran lumpur, banjir — yang disebut ledakan glasial,” ujarnya.

Gletser adalah salah satu sumber air utama. Dalam jangka panjang, Nullis memperingatkan pencairan gletser dapat meningkatkan kelangkaan air bagi jutaan orang. Ia menegaskan fenomena sama sedang terjadi di seluruh dunia.

WMO menyatakan lebih dari separuh dari seluruh negara di dunia tidak memiliki sistem manajemen kualitas air. Badan itu menyerukan tindakan yang lebih terpadu untuk melindungi sumber air dunia yang semakin berkurang dan upaya mengurangi perubahan iklim. [mg/lt]

XS
SM
MD
LG