Lebih Dari 84 Ribu Jiwa Masih Mengungsi Akibat Siklon Tropis Seroja

  • Yoanes Litha

Sebuah ekskavator sedang mencari jenazah di kawasan yang terkena longsor akibat Siklon Tropis Seroja di Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sabtu, 10 April 2021. (Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto via Reuters)

Data Posko Tanggap Darurat Bencana Siklon Tropis Seroja menyebutkan masih ada lebih dari 84 ribu jiwa yang tinggal di puluhan tempat pengungsian akibat siklon Seroja yang melanda Provinsi Nusa Tenggara Timur awal bulan ini.

Sintus Karolus, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kamis (29/4) mengungkapkan hingga kini masih ada 84.876 jiwa yang masih mengungsi akibat siklon tropis Seroja yang melanda 20 kabupaten dan satu kota pada awal bulan ini.

Para pengungsi ditampung di 63 titik penampungan dengan memperhatikan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus corona.

Dampak bencana alam Siklon Tropis Seroja dipaparkan oleh Sintus Karolus, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kamis (29/4/2021). (Foto: Tangkapan Layar)

“Memastikan bahwa jangan sampai menimbulkan klaster baru untuk COVID-19 sehingga beberapa upaya setelah mereka beberapa hari di kamp pengungsian itu juga ada yang kita minta untuk menempati rumah-rumah keluarga yang mungkin masih dimungkinkan untuk mereka tempat," kata Sintus Karolus dalam rapat koordinasi Tim Intelijen Penanggulangan Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (29/4).

Ditambahkannya, jumlah korban meninggal dalam bencana alam pada Minggu, 5 April lalu, berjumlah 182 jiwa yang tersebar di sembilan kabupaten dan satu kota. Jumlah korban tewas terbanyak berada di Flores Timur, yaitu 72 jiwa, diikuti Lembata dengan 46 jiwa, dan Alor 29 jiwa. Korban hilang tercatat 47 jiwa.

BACA JUGA: Jumlah Korban Tewas Bencana Siklon Seroja di NTT Tambah Jadi 181 Orang

Aliran Longsor

Abdul Muhari, Pelaksana Tugas Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB, mengatakan 55 dari 72 korban tewas di Flores Timur berada di Kecamatan Ile Boleng. Di wilayah itu, permukiman penduduk yang terletak di aliran lava Gunung Ile Boleng, banyak yang terkena aliran longsor batuan lava yang menggelinding dengan kecepatan tinggi karena berat batu dan kecuraman yang tinggi.

“Kalau kita rekonstruksi apa yang terjadi di Ile Boleng itu adalah batuan-batuan besar yang mengelinding dari atas kemudian di tebing ini meluncur menghantam rumah-rumah yang berbaris rapi di bawahnya. Batu-batu besar ini semacam membombardir rumah-rumah yang ada di bawahnya,” papar Abdul Muhari.

Abdul mengatakan wilayah tersebut sebenarnya masuk dalam daftar Kawasan Risiko Bencana Gunung Api yang dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Namun, karena kawasan itu sudah bertahun-tahun tidak dilanda banjir rutin, dia menduga, warga kemudian mendirikan permukiman dan menganggap daerah tersebut tidak membahayakan.

Para penyintas bencana banjir bandang yang dipicu siklon tropis Seroja di Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 7 April 2021. (Foto: Aditya Pradana/ Antara Foto via Reuters)

Menurut Wikipedia, Gunung Ili Boleng pertama kali meletus pada 1885 dengan ledakan moderat. Ledakan yang diikuti lava tercatat dalam letusan pada 1888.

Situasi serupa juga terjadi di desa-desa yang terletak di kaki gunung api aktif Lewotolok atau Ile Ape di Kabupaten Lembata dan Pulau Pantar di Kabupaten Alor.

Menurut Abdul, perlu edukasi kepada masyarakat agar tidak mendirikan bangunan di jalur aliran lava untuk mengantisipasi bencana serupa di masa mendatang.

Pemukiman penduduk di Nelelamadike, Kecamatan Ile Boleng yang berada di jalur aliran lava gunung Ile Boleng terdampak debris flow yang disertai bebatuan lava (andesit). (Foto: Tangkapan Layar)

Relokasi Rumah di Lembata

Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kementerian PUPR Nazib Faizal mengungkapkan bahwa ada dua lokasi yang diusulkan menjadi permukiman baru bagi warga dari desa-desa yang terdampak banjir bandang dan aliran longsor di kaki gunung Ile Lewotolok, Kabupaten Lembata.

Kedua lokasi pemukiman baru tersebut adalah Waisesa I dan Waisesa II. Nazib mengatakan 154 unit rumah akan dibangun di Waisesa I dan 546 rumah di Waisesa II.

BACA JUGA: Bencana Alam di NTT Timbulkan Trauma pada Anak

“Jadi memang kita arahkan untuk dipindahkan ke daerah yang menurut kami aman,” jelas Nazib Faisal.

Dia menambahkan percepatan pembangunan rumah untuk relokasi warga terdampak dilaksanakan melalui penerapan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA).

Your browser doesn’t support HTML5

Lebih Dari 84 Ribu Jiwa Masih Mengungsi Akibat Siklon Tropis Seroja

Kementerian PUPR melaporkan siklon tropis Seroja menyebabkan 13.484 rumah rusak berat. 11.122 rumah rusak sedang. 29.816 rumah rusak ringan. [yl/ft]